Awal 2019, operasional BRT harus terhenti selama hampir 2 pekan imbas proses lelang tender. Sama seperti tahun sebelumnya, PT TPM mendapatkan kontrak satu tahun untuk mengoperasikan dan memelihara bus Trans Kota Tangerang. Kejadian serupa juga terjadi di awal 2020. Kali ini, proses lelang tender harus diulang karena sempat ada kegagalan.Â
Hingga kini, PT TPM masih menjadi operator BRT Tangerang. Terlihat dari stiker merah bertuliskan TPM di sudut kanan atas kaca depan bus dan seragam pengemudi bus yang bertuliskan TPM.
Namun, pengelolaan BRT ini masih buruk di sisi informasi dan komunikasinya. Tidak ada nomor layanan pelanggan, sedangkan media sosial resmi yang ada kini tak lagi aktif. Sementara itu, informasi peta rute resmi baru tersedia di situs Pemerintah Kota Tangerang.Â
Tarif Angkutan Terintegrasi
Tarif yang terintegrasi masuk dalam prinsip dasar reformasi angkutan umum. BRT Trans Kota Tangerang dan angkot Si Benteng yang berada dalam satu bendera operator dan pengelola masih memiliki skema tarifnya masing-masing.
Seyogianya, dengan berada di bawah pengelolaan yang sama, BRT Trans Kota Tangerang dan Angkot Si Benteng bisa menjadi model bagi penerapan tarif angkutan umum terintegrasi di Kota Tangerang.Â
Pengintegrasian tarif kedua sistem transportasi tersebut bisa menjadi langkah jangka pendek dan pilot project sebelum akhirnya seluruh layanan transportasi umum di Kota Tangerang memiliki tarif terintegrasi.
Jika tarif kedua moda transportasi hasil kelola pemerintah daerah ini saja tidak terintegrasi, apa kabar dengan moda transportasi lain?
Jaringan Angkutan Umum yang Efisien
Integrasi koridor BRT Kota Tangerang sudah cukup baik. Sebagai contoh, koridor 1 dan 2 bisa menjadi feeder dari dan menuju Stasiun Tanah Tinggi, Stasiun Batu Ceper, dan Terminal Poris Plawad. Halte Trans Kota Tangerang CBD Ciledug yang melayani koridor 3 letaknya pun berseberangan dengan Halte Transjakarta Ciledug yang melayani koridor 13.Â
Keempat koridor BRT Kota Tangerang juga terhubung dengan rute-rute angkot eksisting dan angkot Si Benteng. Akan tetapi, tetap perlu ada pengembangan pengintegrasian yang cukup masif dengan meminimalkan perpindahan dan waktu tunggu armada.Â
Penyelenggaraan BRT tidak bisa menjadi jawaban tunggal atas permasalahan transportasi di Kota Tangerang. Sistem transportasi harus ditangani secara holistik pada setiap moda dan setiap aspek terkait.