Mohon tunggu...
Abel Pramudya
Abel Pramudya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara

Travelling, photography, bus enthusiast @abelpram

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

KRL Jabodetabek dan Problematiknya

10 April 2018   17:27 Diperbarui: 10 April 2018   19:38 3475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut adalah rincian peron di Stasiun Duri :
– Peron Jalur 1: Melayani KRL tujuan Angke / Kampung Bandan / Jatinegara
– Peron Jalur 2: Melayani KRL Tujuan Tanah Abang / Manggarai / Depok / Bogor
– Peron Jalur 3: Melayani KA Bandara Soekarno Hatta
– Peron Jalur 4: Melayani KA Bandara Soekarno Hatta dan masih memungkinkan untuk melayani naik turun pengguna jasa KRL melalui pengaturan operasional
– Peron Jalur 5: Melayani KRL Duri – Tangerang.

Untuk mengatasi penumpukan penumpang di stasiun-stasiun, pihak PT KCI menambah jumlah kereta pada tiap rangkaiannya, yang biasanya 8-10 kereta per rangkaian, sekarang menjadi 10-12 kereta per rangkaian. Dan akan ditambahkan 1 perjalanaan kereta di jam sibuk. Dari Stasiun Tangerang ditambahkan 1 perjalanan di pukul 07.15 dan 17.15 WIB, sedangkan dari Stasiun Duri pukul 07.55 dan 17.55 WIB. Jalur siding pun dibuat dan selesai pada Oktober untuk mengmbalikan headwayKRL menjadi 15 menit.

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi juga mengusulkan sebagian penumpang KRL di jam tertentu dapat diangkut dengan kereta bandara sebagai solusi jangka pendek. Terkait dengan usulan ini, Direktorat Jenderal Perkeretaapian masih membahas skema pelaksanaannya.

Wacana Pencabutan PSO
Tahun 2018 PT KCI menrima public service obligation (PSO) dari Kementerian Perhubungan sebanyak Rp 1,29 triliun, meningkat tipis dari PSO 2017 yang sebesar Rp 1,26 triliun. Direktur Teknik dan Sarana PT KCI, Fredi Firmansyah mengusulkan pengurangan PSO ke Kementerian Perhubungan. 

Seluruh penumpang KRL saat ini hanya membayar 45% dari besaran tarif yang seharusnya. 55% lainnya disubsidi pemerintah. Fredi mengusulkan agar PSO lebih tetap sasaran, untuk diberikan kepada orang yang tidak mampu. Meskipun tanpa subsidi, Fredi menjamin, tarif maksimal Rp 13.000 untuk rute terjauh.

Kebijakan ini dikhawatirkan oleh pengamat transportasi dari Masyarkat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno juga Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi. 

Masyarakat sudah peduli dengan transportasi umum, terbukti dari peningkatan penumpang KRL yang menunjukkan tren positif. Jika ada pencabutan subsidi, khawatir masyarakat akan kembali memilih kendaraan pribadi untuk menunjang mobilitasnya.

Diolah dari berbagai sumber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun