"Beban berat milik para luar biasa," kata guru,
"Tapi waspadalah pada hati yang buta,
Jika motifnya dunia, bukan ridhoNya,
Azab Tuhan menanti di jurang kehancuran."
Kutatap, kulepas beban itu dengan rasa lega,
Sebab lebih baik menjadi sunyi yang menjaga,
Daripada suara riuh penuh dusta,
Lebih baik melangkah pelan dalam terang,
Daripada menjadi pahlawan palsu yang dikenang.
Aku tak mau menjadi ranting kering,
Yang jatuh dipatahkan badai tanpa arti,
Apalagi terbakar dalam api kebodohan,
Hanya demi pengakuan yang sebentar.
Biarlah syukurku ini tak hanya memuliakan,
Namun juga menjadi pesan bagi hati yang gelap,
Bahwa langkah di jalan sunyi adalah kejujuran,
Yang menolak tunduk pada sistem yang gelap.
Karena hidup, adalah memilih beban yang memuliakan,
Bukan jebakan dunia yang menjatuhkan,
Semoga syukur ini menjadi jalan terang,
Hingga hati tetap hidup,
Dalam keindahan makna yang Kau berikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H