Mohon tunggu...
ahmad syifa as.
ahmad syifa as. Mohon Tunggu... -

mencoba menunjukkan jati diri dengan men-share potensi diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjelang Haul Gedongan

9 April 2010   11:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:53 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam kitab Fathul Barry disebutkan bahwa pemuda yang datang ke kuburan Nabi saw dan bermimpi tersebut adalah Bilal bin Al-Harits Al-Muzanny ra. salah seorang shahabat Nabi saw yang masyhur.

4. Manaqib

Manaqib adalah bentuk jamak dari manqobah, yang di antara artinya adalah cerita kebaikan amal dan akhlak perangai terpuji seseorang. Membaca manaqib artinya membaca cerita kebaikan amal dan akhlak terpujinya seseorang. Saat mengadakan peringatan haul dianjurkan untuk membacakan manaqib, yang tujuannya antara lain untuk meneladani dan untuk ber-husnu dzan kepada ahli kubur yang dihauli.

Ibnu Abd Salam mengatakan, pembacaan manaqib tersebut adalah bagian dari perbuatan taat kepada Allah SWT karena bisa menimbulkan kebaikan. Karena itu banyak para sahabat dan ulama yang melakukannya di sepanjang masa tanpa mengingkarinya.

3. Tahlil Massal

Tahlil adalah ungkapan dzikir “Laa Ilaaha Illallah” (bukan Ilaah selain Allah) yang bertujuan untuk menanamkan tauhid di tengah suasana keharuan duka yang sentimental dan sugestif. Tahlil massal merupakan pelaksanaan tahlilan yang dilakukan secara bersama-sama.

Dalam hadits dijelaskan, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Perbaharuilah imanmu!”. Seorang sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana cara memperbaharui iman?” Beliau menjawab : “Perbanyaklah tahlil”.

Ibnu Taimiyah menegaskan masalah tahlil dengan keterangannya sebagai berikut : “Jika seseorang membaca tahlil sebanyak 70.000 kali, kurang atau lebih dan (pahalanya) dihadiahkan kepada mayit, maka Allah memberikan manfaat dengan semua itu”. (Fatawa XXIV/323).

Memang berkumpul untuk membaca tahlilan ini tidak pernah diamalkan pada zamannya Rasulallah saw. dan para sahabat. Itu memang bid’ah (rekayasa), tetapi bid’ah hasanah (rekayasa baik), karena sejalan dengan dalil-dalil hukum syara’ dan sejalan pula dengan kaidah-kaidah umum agama. Sifat rekayasa terletak pada bentuk berkumpulnya jama’ah (secara massal), bukan terletak pada bacaan yang dibaca pada majlis tersebut. Karena bacaan yang dibaca disana banyak diriwayatkan dalam hadits Rasulallah saw. Tidak lain semuanya ini sebagai ijtihad para ulama-ulama pakar untuk mengumpulkan orang dan mengamalkan hal tersebut.

Prosesi tahlilan sendiri diawali dengan pembacaan hadrah oleh imam tahlil, kemudian bersama seluruh jamaah membaca Surat Yasin, Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq dan Surat An-Naas hingga Surat Al-Fatihah, lalu diteruskan membaca sebagian surat Al-Baqarah (awwaluhu, wa awsatuhu, wa’akhiruhu), sholawat nabi, tasbih, tahawwul dan tahlil.

5. Doa untuk ahli kubur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun