Mohon tunggu...
Abdy Jaya Marpaung
Abdy Jaya Marpaung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lihat, dengar, nulis

laki-laki yang senang berbagi cerita lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Cepat Menuduh...

17 Januari 2010   00:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:25 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sore itu, saat kangen pada keluarga merajalela. Aku mengambil handphone dan menghubungi keluargaku. Ternyata ayah dan dua adikku sedang sakit. Kata ayahku, sakit perut yang menyebabkan mencret itu sudah 3 hari mereka derita. "Mungkin setelah makan lontong yang dibawa mamakmu sepulang dari wiridan," kata Ayah. Suara beralih ke Ibu. Ibu bilang, banyak anggota perwiridan yang mengalami sakit yang sama. Diduga penyebabnya adalah lontong sayur yang diberikan si tuan rumah untuk dibawa pulang masing-masing anggota perwiridan. Anehnya, Ibu sendiri yang turut mencicipi lontong itu tidak mengalami sakit apa-apa, kecuali kenyang. Sedangkan beberapa anggota perwiridan yang lain ada yang berobat ke Puskesmas dan ada pula yang harus dikirim ke Rumah Sakit Umum di kota. Walau belum diketahui pasti penyebabnya, tapi kabar tersebut sudah tersebar kemana-mana. "Kasihan keluarga itu, padahal belum tentu sakit yang datang ini berasal dari lontong sayur itu. Buktinya, nggak semua anggota wirid sakit," Kata Ibu masih lewat handphone. "Apalagi anaknya (tuan rumah) juga sakit kok." Tambah Ibu lagi. Begitulah, kabar burung cepat sekali tersebar. Hinggap di seantero kampung. Entah bagaimana si tuan rumah ketika mendengar kabar tersebut. Beban psikologis yang ditanggung tentu sangat berat. Ia dianggap menghidangkan makanan yang tidak baik, beracun, memakai zat atau bahan makanan terlarang sehingga menyebabkan beberapa anggota perwiridan dan keluarganya menderita sakit. Tapi kenapa [caption id="attachment_55286" align="alignleft" width="300" caption="dari internet"][/caption] Ibu begitu tidak yakin kalau penyebab sakitnya ayah dan dua adikku itu bukan berasal dari lontong sayur yang dibawa sepulang dari perwiridan tersebut. Pertanyaanku itu pun dijawab Ibu "Ayahmu kebanyakan makan jengkol, belum lagi sambelnya. Lontong itu cuma sedikit saja yang dimakannya setelah makan jengkol." "Kalo adik?" "Adikmu sudah memang sakit perut sebelum makan lontong itu. Entah jajan apa dia di sekolah..." Jawab Ibu. Aku tersenyum geli dari seberang handphone. Yah, memang belum tentu masakan itu yang tidak beres, bisa jadi memang sudah ada ketidakberesan di perut masing-masing. Lagian Ibu juga aman-aman saja, padahal diperwiridan, beliau turut mencicipi lontong sayur itu. Kabar terakhir sebelum handphone ditutup, keadaan Ayah dan adik sudah agak baikan. Moga saja diare biasa... ujarku dalam hati dan mendoakan kesembuhan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun