Mohon tunggu...
abd waris
abd waris Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA

Suka traveling, Desainer grafis, Edit-edit ala typography. NIM: 22107030074

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bisakah Aku Pulang?

11 Mei 2023   08:21 Diperbarui: 11 Mei 2023   08:24 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Dokumen Pribadi

Merantau adalah perginya atau berpindahnya seseorang dengan meninggalkan daerah asalnya menuju ke suatu wilayah lain guna menjalani kehidupan baru untuk mencari pengalaman baru, baik pengalaman dalam lingkup pendidikan maupun pekerjaan. Merantau tidak hanya dilekatkan pada orang-orang yang mencoba untuk mencari kerja diluar daerah asalnya, melainkan merantau juga disematkan pada setiap pemuda yang berusaha untuk mengejar cita-cita dan harapan orang tua demi menggapai kesuksesan dimasa depannya. Maka mahasiswa  yang berkuliah ditempat yang jauh dari tempat asalnya juga dapat disebut sebagai anak perantauan.

                Merantau tidak lepas dari rasa rindu. Kehidupan ternyaman dirumah dengan segala kemudahannya. Rumah menjadi salah satu zona nyaman bersama orang-orang yang tersayang. Hidup di perantauan memang memberikan banyak pengalaman dan pelajaran. Seringkali kecumburuan datang menghampiri saat melihat teman sebaya yang hidup bersama orang tua sehingga dapat berkumpul setiap hari dan menikmati setiap hidangan yang disajikan dirumah. Terkhususnya pada saat hari besar islam, yaitu lebaran.

                Banyak alasan mengapa pada akhirnya anak perantauan memilih untuk menahan rindu dan bertahan hidup diperantauan, terkhususunya pada saat libur besar. Alasan yang paling sering menjadi dilema meraka untuk pulang adalah harga tiket yang mahal dan malu pulang karena belum jadi apa-apa, sehingga tidak begitu yakin dengan keputusan untuk pulang kerumah. Maka disaat-saat yang seperti inilah rasa rindu menghampiri, namun sebagai anak perantauan seharusnya rasa rindu ini tidak akan sampai mengganggu aktivitas yang dijalani dan fokus pada tujuan utama saat hendak merantau.

                Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perantauan untuk dapat mengobati rasa rindu mereka, diantaranya adalah :

  • Menelfon orang tua dan orang-orang yang kita rindukan.
  • Mengingat tujuan utama dari merantau agar kembali bersemangat menjalani hari-hari selama diperantauan.
  • Mengikuti organisasi yang akan memberikan kesibukan selama hidup diperantauan. Organisasi juga akan memberikan rasa nyaman dan rasa kekeluargaan yang mungkin akan sedikit mengobati rasa rindu terhadap orang-orang rumah.
  • Selau berdo'a akan keselamatan diri dan orang-orang yang dirindui, dan dimudahkan segala urusan diperantauan sehingga dapat pulang membawa kesuksesan.

Namun pada situasi tertentu, pulang tidak hanya dimaknai dengan menghampiri bangunan rumah dikampung halaman. Pulang juga dimaknai dengan kembalinya kita kepada seseorang yang dapat memberikan rasa nyaman dan aman sehingga kita dapat dengan leluasanya menjadi diri kita sendiri tanpa takut dihakimi. Pada akhirnya, kita dapat pulang meski tidak bepergian, bertemu dengan orang yang tersayang juga dapat disebut sebagai pulang. Walaupun pada hakikatnya, pulangnya anak perantauan adalah sampainya langkah kaki yang bermuara dipelukan sang ibunda, sehingga pulang tidak lagi dimaknai secara kata, lebih dari itu, pulang juga dimaknai dengan rasa cinta.

Selamat berjuang dan bertahan hidup diperantauan anak muda, hidup memang tidak selalu berpihak pada kita, namun jangan lupa bahwa tujuan utama kita untuk merantau adalah mencari kehidupan yang tidak pernah kita jajah sebelumnya. walaupun kerinduan sering kali menjadi lawannya, namun kata pulang tidak serta merta menjadi alasan untuk menyerah. Pulanglah kawan, karena rumah tidak hanya tentang bangunan megah, penerimaan terhadap diri adalah makna pulang yang sesungguhnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun