Kedua, hilangnya roh intelektual, hal ini terjadi karena semakin jarangnya menggelar dialog-diskusi dan kajian-kajian ke-HMI-an. Bahkan budaya membaca apalagi menulis mulai kurang. Enggan mempelajari ilmu dan kalau belajar ya sepenggal-sepenggal. Akibatnya kader kehilangan jiwa inteletualitas, munculnya kader karbitan dan pecundang.
Ketiga, pudarnya sikap kritis terhadap fakta-fakta sosial, pelacuran idealisme dan terkikisnya karakteristik indenpendensi serta miskin stratak dalam gerakan. Dampaknya, para kader yang notabene adalah pengandang gelar agenf of change, agent of control, dan moral force berul-betul memalukan.
Keempat, mobilitas vertikal yang terlalu vulgar dan mengabaikan mobilitas horisontal. Akibatnya HMI menjadi dilematis antara kepentinagn rakyat yang harus diperjuangkan dan keberpihakan pada kekuasaan yang lebih menguntungkan.
Kelima, menurunnya minat mahasiswa masuk HMI. Ini adalah akumulasi dari hal-hal diatas, karena makin tak populernya HMI dimata mahasiswa dan masyarakat. Maka untuk keluar dari persoalan ini, setiap kader wajib mengembalikan khittah dan arah perjuangan HMI dengan lebih banyak melibatkan diri dalam urusan mahasiswa dan masyarakat.
Kita Harus merombak secara total “image” negatif yang melekat. Kita harus punya target kedepan bahwa HMI adalah organisasi kader dengan tujuan; "Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam ,dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT" (Pasal 4 AD HMI).
Saya kira kelima hal diatas cukup menggambarkan vitalitas dan tingkat keseriusan masalah yang dihadapi HMI, yang pada dasarnya secara langsung erat kaitannya dengan sejauh mana peran HMI dalam memberdayakan potensi dan kesadaran untuk melakukan intropeksi. Inilah PR buat para kader HMI yang saya maksudkan. Memang masi banyak lagi yang kita harus benahi tapi, saya juga harus realistis bahwa yang dibeberkan diatas hanyalah hal-hal yang paling urgen untuk diselesaikan lebih dulu.
Tanpa ada upaya itu, tentu saja HMI akan kehilangan popularitas kepercayaan publik dan mulai perlahan-lahan akan ditinggalkan oleh kadernya. Ketika eksistensi HMI tidak lagi bernyali seperti dulu, pada akhirnya pengabdian yang terukir dengan tinta emas berlahan akan sirna dan popularitas HMI tinggalah prasasti. Jayalah HMI kembalilah pada roh pejuangan sejati. #Yakusa#
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H