Mohon tunggu...
Abdurroup
Abdurroup Mohon Tunggu... Guru - Guru honorer SMKN 1 Tarumajaya

Air

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Balada Ibu Pertiwi / Antologi Puisi Usang yang Tersimpan

28 Maret 2024   10:25 Diperbarui: 28 Maret 2024   10:36 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serpih-serpih napas berterbangan

Diperolok oleh asap-asap tirani

Tak ada lagi deru napas segar

Yang terdengar oleh Sang Ibu

Ibuku yang begitu perhatian

akan nasib anak-anaknya

Ibuku yang begitu tulus

membahagiakan putra putrinya

Ibuku yang selalu meneteki

bayi-bayi kelaparan

Ibuku yang selalu menyayangi

segenap anggota keluarga

Ibuku....

Kini bagai berkalung bunga

Meninggalkan raut wajah-wajah polos mengerang kepedihan

Yang senantiasa ditindas dan disiksa

Oleh liur serigala-serigala yang tamak

Wahai pendurhaka

Kembalikan ibuku

Wahai pendusta

Aku tak Sudi ibuku terbunuh

Kembalikan ibuku....

#Malang, 17 Januari 2003

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun