Kita biasanya tidak dapat menerima diri sendiri bisa karena tidak dihargai orang lain sebab merasa ada di bawah standar. Sekarang pertanyaannya adalah siapa yang menciptakan standar tersebut? Kita atau orang lain? Lantas mengapa kita terjerat dalam standar yang dibuat oleh orang lain? Selain dengan cara menghargai diri sendiri seperti yang dijelaskan di atas, sebaiknya dalam menjalani hidup ini tidak hanya selalu mengejar standar umum atau standar yang dibuat oleh orang lain melainkan berusaha untuk menemukan dan mengembangkan potensi diri. Dengan potensi tersebut kita bisa menggunakan standar diri kita sendiri dan terus berusaha menjadi best version of our self di setiap harinya. Dikutip dari materi Wawasan Kebhinekaan Global, ada lima cara untuk menghargai diri sendiri, diantaranya adalah:
- Memahami bahwa tidak ada manusia yang sempurna
- Tidak membohongi diri sendiri, terkadang kita melakukan kesalahan walaupun hati kita sadar bahwa hal tersebut salah, sehingga mari ikuti kata hatimu.
- Tidak melabeli diri sendiri dengan label negatif, mengkritik diri sendiri memang sangat diperlukan, tetapi jangan sampai menimbulkan sifat peragu dalam dirimu.
- Apresiasi dirimu sendiri, jangan menunggu orang lain untuk mengapresiasi atas kerja keras kita.
- Percayalah dengan keputusanmu sendiri, jangan menyesal dengan keputusan apapun yang telah kamu putuskan, karena yakinlah apa yang kamu putuskan dimasa lalu mungkin adalah pilihan yang terbaik dimasa itu.
- Menghargai diri sendiri dapat menjadikan kita pribadi yang kuat, dan mencegah penyakit mental seperti depresi dan gangguan kecemasan yang berlebih. Jadi, sudahkah kamu menghargai dirimu dan menggunakan standar dirimu sendiri dalam kehidupan ini?
Welas Asih pada Diri
Self-compassion merupakan kemampuan untuk dapat mengarahkan atau menunjukkan empati, cinta dan perhatian ke dalam diri dan menerima diri terutama dalam menghadapi kegagalan. Dengan welas asih pada diri memberikan manfaat untuk dapat mengatur perasaan sehingga dapat memulihkan diri sendiri, membantu untuk dapat mengambil keputusan yang tepat untuk diri sendiri dan memotivasi untuk dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih baik. Selayaknya menolong teman yang mengalami kesusahan kita juga dapat menolong diri kita melalui welas asih pada diri. Maka dari itu berikan kehangatan dan selalu dukung diri kita untuk bisa terlepas dari penderitaan atau permasalahan yang dihadapi. Berteman dengan diri untuk membantu menghadapi peristiwa yang melukai diri.Â
Topik 4Â
Sekolah yang Bhineka
Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya kaya akan perbedaan atau disebut sebagai masyarakat majemuk. Hal ini ditegaskan dengan adanya semboyan negara Indonesia yakni Bhinneka Tunggal Ika. Penerimaan terhadap perbedaan Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan peserta didik tentang menghargai dan menerima perbedaan dalam ada dalam masyarakat, seperti perbedaan agama, suku, dan bahasa. Pelajar Pancasila diajarkan untuk tidak melakukan diskriminasi terhadap individu atau kelompok berdasarkan perbedaan tersebut. Dalam kegiatan Wawasan Kebhinekaan Global ini, kami yang dipandu  oleh bapak Khusaini, S.Pd, M.Ed, Ph.D, membuat beberapa proyek untuk menumbuhkan nilai-nilai kebhinekaan serta menguatkan nilai keberagaman di sekolah, diantaranya yaitu:
Cultura Vibes
CULTURA VIBES merupakan salah satu kegiatan Class meeting yang mengakomodasikan peserta didik untuk menyajikan vlog budaya dalam durasi yang singkat. Budaya yang disajikan dapat berupa makanan tradisional, upacara adat, tempat budaya, dan kebiasaan yang menjadi ciri khas dari masyarakat wilayah tersebut. Kemudian, budaya tersebut dikemas dalam bentuk vlog yang menarik. Selain menarik, vlog juga harus mempertimbangkan pesan budaya yang akan diberikan pada penonton.Â
Manfaat
Sekolah: Melalui kegiatan Cultura Vibes sekolah dapat memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan minat dan potensinya terutama dalam menuangkan ide atau gagasan alur vlog, menulis naskah video, take video, dan editing. Selain itu, peserta didik akan dibekali keterampilan soft skill yang bermanfaat bagi dirinya dalam kehidupan. Peserta didik dapat berkolaborasi dengan berbagi peran dalam satu kelas yang tentunya memiliki karakteristik dan minat yang beragam untuk menyelesaikan kegiatan tersebut. Kemudian, output kegiatan yang berupa video dan diunggah dalam media sosial merupakan ajang promosi sekolah untuk meningkatkan eksistensinya di dunia luar. Hal tersebut, tentunya akan meningkatkan asumsi publik untuk menyekolahkan anaknya pada lembaga tersebut.Â