Dalam rangka perpisahan KKN-T D20 Kelompok 7 "Jambuwer", mengadakan pagelaran kesenian jaranan sebagai upaya memperkenalkan kesenian tradisional kepada masyarakat. Di sisi lain bertujuan sebagai upaya melestarikan kekayaan budaya di Indonesia.
Pada acara tersebut mempersembahkan Apresiasi Puncak Kesenian Tradisional Kuda Lumping Lokal Malang Selatan yang berkolaborasi dengan Kesenian Reog pimpinan Sumarsono di desa Jambuwer, Tari Topeng Desa Jambuwer dan Mendatangkan langsung Jaranan WPD (Wahyu Putro Dewolo) yang viral di Malang Selatan.
Dukungan dari berbagai pihak diberikan pada pagelaran tersebut, berupa fasilitas tempat dan beberapa terop tenda dari pihak desa. Para pemuda Karang Taruna "Kresek" (Kreativitas Krajan) membantu mengatur lalu lintas di sekitar lokasi.
Puncak acara tersebut dihadiri oleh H. Imron Rosyadi Hamid S.E M.Si selaku Rektor Unira Malang, tak lupa Kepala Desa bapak Tuwuhadi beserta perangkat desa yang lainnya.
Tuwuhadi dalam sambutannya mengatakan bahwa pagelaran Jaranan pada kesempatan kali ini menjadi hiburan bagi masyarakat desa Jambuwer. Di sisi lain lanjut beliau pagelaran kesenian ini sebagai bentuk memperkuat silaturahmi antara pihak desa dan kampus.
"Saya ucapkan terima kasih, kepada adek -- adek KKN yang mengadakan pagelaran Jaranan ini menjadi hiburan bagi masyarakat kami." Kata Tuwuhadi.
Kemudian tak lupa sambutan dari rektor Unira Malang bapak H. Imron Rosyadi Hamid S.E M.Si mengapresiasi pada acara perpisahan ini. Kemudian, belaiu juga menambahkan bahwa pada KKN-T D20 berdasarkan upaya pemerintah pusat dalam pengoptimalan ketahanan pangan dan mitigasi bencana. Terakhir pada sambutannya, beliau  mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf kepada masyarakat, terutama pihak perangkat desa atas dukungan dan arahan bagi para mahasiswa KKN.
Terdapat dua sesi pada pagelaran ini yakni sore dan malam hari.
Sore hari di isi dengan Reog yang berasal dari desa Jambuwer itu sendiri. Dan malam hari kesenian dari Wahyu Putro Dewolo berupa Jaranan.
Astrid Ika Paramitha, SP MP selaku Dosen Pembimbing Lapangan tak lupa memberikan sambutan. Dalam sambutanya beliau berharap pada pagelaran kesenian ini, dapat melestarikan dan memperkenalkan budaya kepada para anak -- anak dan pemuda di desa Jambuwer. Terakhir, beliau mengucapkan permohonan maaf dan terima kasih kepada masyarakat, terutama pada perangkat desa yang telah bersedia menerima mahasiswa KKN Unira.
Selain pertunjukan kesenian Jaranan, tersedia pula bazar gabungan Ibu -- ibu PKK 5 dusun sebagai upaya memperkenalkan produk unggulan di desa Wisata Jambuwer. Roda ekonomi selama kegiatan berlangsung sangat tampak hidup dan terlihat dari wajah masyarakat sekitar.
Antusiasme warga dalam mengikuti kegiatan ini nampak, dari padat dan penuhnya di sekitar panggung. Semua kalangan mengikuti pertunjukan tersebut, dari anak -- anak hinggga orang tua. Selain itu, para pedagang pun meramaikan dengan menjajakan barang dagangannya.
Sejak dimulai hingga selesainya pagelaran tersebut berjalan tanpa adanya kerusuhan, sesuai dengan harapan dari seluruh pihak.
Berdasarkan sejarahnya, Jaranan termasuk kesenian yang menjadi salah satu cara untuk menyebarkan agama Islam pada zaman Wali Songo terdahulu. Yakni sunan Ngudung ayah dari Sunan Bonang. Pernyataan tersebut sebagaimana yang telah dijabarkan oleh salah satu sejarawan kondang yakni Alm. KH. Agus Sunyoto.
"Jathilan atau Jaranan adalah salah satu kesenian yang saat itu dijadikan cara Sunan Ngudung untuk menyebarkan agama Islam." Kata Sejarawan Alm. KH. Agus Sunyoto di Channel You Tube NU Online.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H