Pembelajaran kimia berbasis kebudayaan merupakan pendekatan yang mengintegrasikan aspek kebudayaan lokal ke dalam proses pembelajaran kimia. Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai kebudayaan  yang dimiliki oleh setiap daerah, sehingga sangat berpotensi untuk diintegrasikan dalam proses pembelajaran, mengaitkan konsep kimia dengan budaya setempat, diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami materi dan mengapresiasi ilmu pengetahuan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Integrasi kebudayaan dalam pembelajaran kimia dapat memberikan berbagai manfaat, diantaranya (1) Meningkatkan motivasi belajar, ketika siswa melihat relevansi antara materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari dan budaya mereka, motivasi belajar cenderung meningkat, karena siswa akan merasa ingin tahu lebih banyak materi kimia yang diajarkan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. (2) Memperkuat identitas budaya, pembelajaran berbasis kebudayaan dapat memperkuat identitas budaya siswa, membantu mereka untuk lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya, sehingga siswa tidak akan melupakan budayanya karena ada relevansi dalam pembelajaran kimia, (3) Mempermudah pemahaman konsep, penggunaan konteks budaya yang familiar dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep kimia yang abstrak.
Pembelajaran kimia berbasis budaya untuk menciptakan pembelajaran bermakna dapat mengaitkan pembelajaran dengan latar belakang budaya siswa. Guru harus menyadari bahwa terdapat kaitan erat antara budaya dengan cara berpikir siswa. Integrasi latar belakang budaya siswa merupakan upaya untuk mendekatkan siswa dengan konteks pembelajaran, kesadaran siswa terhadap identitas budayanya. Sehingga diperlukan suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan siswa dalam kemampuan berpikir dan pemahaman budayanya. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu dengan menggunakan CRTT (Culturally Responsive Transformative Teaching) yang merupakan pendekatan pembelajaran yang menghubungkan latar belakang, pengalaman, gaya belajar, dan karakteristik untuk kepentingan akademik. Implementasi pendekatan CRTT ada lima tahap pembelajaran yaitu yaitu self identification (identitas diri), cultural understanding (pemahaman budaya), collaboration (kolaborasi), critical reflections (berpikir refleksi kritis), transformative construction (konstruksi transformatif). Pendekatan CRTT memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi berbagai budaya di Indonesia dan bagaimana dampak identitas budaya dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Implementasi pembelajaran kimia berbasis kebudayaan misalnya (1) Penggunaan bahan alam lokal, di berbagai daerah di Indonesia, terdapat bahan alam yang unik dan memiliki potensi kimia yang tinggi, seperti penggunaan tanaman obat tradisional dalam pembelajaran tentang senyawa organik. (2) Kegiatan praktikum berbasis budaya, seperti di Bali, siswa dapat mempelajari proses fermentasi tradisional dalam pembuatan arak Bali sebagai bagian dari materi kimia organik. (3) Penggunaan permainan tradisional, permainan tradisional yang melibatkan reaksi kimia sederhana dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang menyenangkan dan edukatif.
Penerapan pembelajaran kimia berbasis kebudayaan juga menghadapi beberapa tantangan, diantaranya (1) Keterbatasan sumber daya, tidak semua guru memiliki pengetahuan mendalam tentang budaya setempat. Solusi untuk ini adalah pelatihan bagi guru dan kolaborasi dengan ahli budaya. (2) Kurikulum yang kaku, kurikulum yang terlalu ketat bisa menghambat fleksibilitas dalam mengintegrasikan aspek budaya. Perlu ada fleksibilitas dalam kurikulum untuk mengakomodasi pendekatan ini. (3) Keterbatasan waktu, pembelajaran berbasis kebudayaan mungkin memerlukan waktu lebih banyak. Solusinya adalah perencanaan yang matang dan integrasi yang cermat dalam setiap mata pelajaran.
Pembelajaran kimia berbasis kebudayaan di Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan, dengan mengintegrasikan aspek kebudayaan dalam proses pembelajaran, siswa dapat lebih termotivasi, memahami konsep dengan lebih baik, dan menghargai warisan budaya mereka. Meskipun ada tantangan dalam penerapannya, dengan perencanaan dan kolaborasi yang baik, pendekatan ini dapat berhasil dan memberikan manfaat yang signifikan bagi pendidikan di Indonesia.
Referensi:
Rahmawati, Y., Ridwan, A., & Agustin, M. A. (2020). Pengembangan Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis Budaya: Culturally Responsive Transformative Teaching (CRTT). ABDI: Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat, 2(1), 48--57. https://doi.org/10.24036/abdi.v2i1.33
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H