Seorang mahasiswi S2 menjual pekerja seks senang menjadi ayam kampus karena awalnya ia mendapatkan  jutaan rupiah untuk sekali kencan selama satu jam. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan selama operasi berjalan dengan beberapa perselingkuhan. Di luar itu, ada juga yang bergabung di sejumlah kafe tertentu dengan konsep window shopping.
Bagi yang belum tau Window Shopping adalah  aktivitas melihat barang bagus berbasis paha mulus dan payudara montok sampai wajah imut. Ayam kampus ibarat dijual di jendela toko namun lokasinya biasanya mereka di sejumlah kafe. Sebelum berniat membeli mereka perlu diskusi untuk menambah wawasannya berapa harga dirinya. Sekiranya cocok dan deal, mari sewa hotel dan sedia kondom untuk hubungan seksual.
Gosipnya mereka dalam mencari pelanggan, ayam kampus kini tak sembarangan, mereka lebih memilih-memilih pelanggan yang akan menggunakan jasa kepuasan nafsu itu. Tawaran dari mulut-mulut untuk mencari pelanggan. Ini rapat dan masih kenyal lho.. Testimoni positif juga ketika penetrasi dan orgasme di dalam rahim.
Mahasiswi S2 menjadi wanita panggilan mengajak junior yakni mahasiswi s1 yang perekonomian sulit di masa pandemi, mahasiswi ini nekat jadi ayam kampus, rela jadi langganan kades pakai uang dana desa. Skandal kepala desa menyeruak setelah mahasiswi berusia muda merangkap sebagai Pekerja Seks Komersial mengaku jadi langganan kepala desa.
Faktanya, mahasiswi S2 berkulit putih nan seksi itu membeberkan, para kepala desa menggunakan "jasanya" setiap dana desa cair. Modus terbaru menggunakan aplikasi  MiChat, aplikasi ini menjadi wadah perdagangan sewa hotel ini dan enak-enak. Penyalahgunaan aplikasi MiChat melayani nafsu birahi oleh para oknum ayam kampus.
Skandal ayam kampus  menjadikan tubuhnya sebagai imbalan tak cuma sekali ini terjadi. Di kalangan kampus, beberapa mahasiswi mengaku merayu dosen mereka agar diberi nilai bagus. Sementara itu, Para ayam kampus ini rela menjajakan kemaluannya kepada pejabat mulai dari terendah kades demi memenuhi kebutuhan kuliah, dan kebutuhan sehari-harinya  serta untuk gaya hidup wah.(*)
Benarkah Mahal, 10 juta Sampai 25 Juta?
Para wanita penjaja seks komersial (PSK) diberi tarif Rp 150 ribu untuk sekali kencan, mereka masuk katagori wanita yang cantik dan tidak terdidik. Dari tindakan mereka, para wanita ini ayam kampus berbeda karena tarif mereka relatif mahal menjual jasa sekali kencan. Untuk sekali kencan, pelaku memasang tarif kepada para pengusaha dan pejabat beragam.
Jika ada konsumen yang tertarik menggunakan jasa si "ayam kampus", paling tidak menginginkan ngamar di hotel berbintang tiga. Jika dapat pelanggan yang sudah mapan biasanya suka kasih lebih. Ya bisa sampai Rp 10 juta dalam pelukan kemakmuran. Merinding isi dompet mahasiswa yang tak mampu menikmati paha ayam kampus.
Jika dirasa si pelanggan aman dan memiliki isi kantong tebal, barulah ia mau diajak bercinta. Ayam kampus ini piawai menjual diri dibandrol 25 juta dengan pelayanan yang mememuaskan birahi. Kemudian bulan depan bisa order lagi, booking hotel, janji temu, dan seterusnya. Implementasi kebijakan paha mulus sang Ayam kampus dan strategi sejumlah hotel erat dengan bisnis malam yang menjanjikan kaum hawa.Â
Gosip ayam kampus seperti itu selalu dalam radar aplikasi sebagai cara mudah mencari uang di saat-saat sulit dengan open BO. Mereka tidak menyesal meskipun dalam skandal. Namun jika wanita berada dalam situasi seperti itu lagi, mungkin saja mereka akan tetap melakukannya karena mereka tidak perlu masturbasi, mereka menikmati seks dan dibayar pula.
Faktanya, para PSK berstatus mahasiswi ini berkuliah di berbagai perguruan tinggi di Kota Semarang. Ada pula yang mengambil studi di beberapa kampus kecil di Kendal, Kudus, dan Jepara serta kampus lain diseluruh Indonesia. Sejumlah  mahasiswi di beberapa kampus di Jakarta untuk mencari uang sampingan sebagai PSK.(*)
Mana Solusi Atasi Ayam Kampus?
