Abdurrofi digambarkan sebagai seorang lelaki muda jenggot hitam tanpa mengenakan topi dan mengenakan tuxedo hitam dan dasi, yang kedudukan pengusaha sedangkan Tudi Gong digambarkan sebagai seorang lelaki tua dengan jenggot putih yang panjang, mengenakan topi hitam atau keemasan dan jubah merah atau kuning, yang menegaskan kedudukannya sebagai seorang dewa kekayaan dan dewa bumi.
Abdurrofi Jenggot Hitam dan Tudi Gong Jenggot Putih Ibarat Yin dan Yang.
Dinasti zhou yang bertahan paling lama dibandingkan dengan dinasti lainnya dalam sejarah cina mulai diperkenalkan mulai zaman ini. Tudi Gong adalah orang biasa seperti Abdurrofi namun ia hidup sudah di cina pada dinasti zhou sedangkan Abdurrofi hidup di era modern.
Tudi Gong menunjukkan bakat sebagai orang yang pandai dan berhati mulia sesuai nasihat orangtuanya. Saat Tudi Gong berumur 7 tahun, Ia belum memiliki jenggot putih. Ia telah belajar ilmu sastra Tionghoa kuno, lincah, pintar, taat perintah orang tua, jujur, senang menolong fakir miskin, dan supel dalam pergaulan.
Cita-Cita Masuk STAN
Cita-cita ia masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) untuk menjadi PNS era dinasti zhou. Ia berhasil semua tes seleksi kemudian ia belajar di STAN untuk menjadi PNS handal sekaligus ia ingin menjadi teknokrat profesional pada dinasti zhou.
Karir Tudi Gong pada saat berusia 36 tahun, ia memangku jabatan sebagai kepala perpajakan kerajaan setara dengan Dirjen Pajak dibawah perintah kaisar langsung, mungkin kalau sekarang dibawah kementerian Keuangan.
Dalam menjalankan kepemimpinannya, Kebijakan Tude Gong selalu bertindak bijaksana dan ia tidak memberatkan rakyat. Persepsi orang mengenai Tude Gong selalu menolong yang miskin tanpa pernah absen dengan gaji besar bekerja dirjen pajak kerajaan karena itu rakyat sangat mencintai sifat dermawannya Tudi Gong.
Pada usia 102 hari terakhir Tudi Gong bekerja di perpajakan istana, ia wafat tanpa pensiun seperti PNS umumnya dan kepemimpinan dirjen pajak kerajaan digantikan oleh seseorang yang bernama Wei Chao yang memiliki stigma negatif mirip Gayus Tambunan. Hobi pergi jalan-jalan dan foya serta pelit pada sesama.
Penderitaan hidup yang tak tertahankan karena pajak tinggi dan Wei Chao mempertontonkan kemewahan sehingga penduduk banyak benci yang pergi meninggalkan kampung halamannya sehingga sawah ladang banyak terbengkalai.
Namun kaisar meminta maklum memberi klarifikasi bahwa watak ia pelit tapi ia tidak suka korupsi dan ia meminta rakyat bekerja lebih keras semua tunduk. Dengan cara ini, pemerintah bisa menyimpan surplus pertanian dan mereka mendistribusikan kembali pada waktu kelaparan atau panen tidak baik.
Program Kebijakan Kerajaan
Program kebijakan kerajaan banyak untuk pertahanan dan keamanan, serta dinasti zhou yang bertahan paling lama dibandingkan dengan dinasti lainnya. Kalau sekarang welfare state maka dinasti zhou sudah menerapkan welfare state juga sebagai negara kesejahteraan dengan upeti yang tinggi.
Mereka berharap mendapatkan pemimpin dirjen pajak yang bijaksana seperti almarhum Tudi Gong yang murah hati hingga Tudi Gong dipuja sebagai dewa kekayaan dan rezeki dan memohon perlindungan dari Wei Chao. Para pedagang dan pebisnis berdoa kepadanya untuk memberkati pekerjaan mereka agar tidak dimiskinkan oleh kebijakan dirjen pajak baru Wei Chao.
Dalam kebanyakan kasus, dewa-dewa ini berasal dari orang-orang bersejarah yang dalam kehidupan datang membantu mereka masing-masing pada saat dibutuhkan. Mereka yang miskin mendapatkan keyakinan kaya sehingga mereka bekerja keras agar bisa membayar pajak yang tinggi kepada Wei Chao.
Pada masa sekarang patung Tudi Gong diletakkan di atas tanah karena ia adalah Dewa Bumi yang menguasai tanah (area) lokal, seperti sebuah area tanah tempat suatu bangunan didirikan. Tudi Gong masuk kelompok Dewa yang berkedudukan paling rendah dalam ‘Tata Birokrasi Surga‘ dan ia juga yang paling dekat dengan umat manusia.
Abdurrofi sebagai seorang yang berjenggot hitam mempelajari literatur ini namun ia tidak percaya politeisme yakni bentuk kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu Tuhan atau menyembah dewa-dewi (banyak dewa).
Secara harfiah kepercayaan Abdurrofi adalah monoteisme yakni Tuhan adalah satu/tunggal/esa dan berkuasa penuh atas segala sesuatu. Literatur yang diceritakan bahwa segala sesuatu yang terlihat buruk dalam hidup kita seperti Wei Chao bukan berarti buruk pula.
Pajak menurut Rocky Gerung adalah cara biadab untuk mempertahankan peradaban seperti dalam kisah Wei Chao namun pajak atau upeti yang ditarik besar memang awalnya membuat beban rakyat tapi cadangan itu akan kembali kepada rakyat saat benar-benar membutuhkannya.
Indonesia memang menjengkelkan dengan pajak perusahaan, pajak bumi bangunan, pajak kendaraan, pajak migas, pajak pertambahan nilai, Bea Materai, Bea Masuk, dan Bea Cukai. Kalau perlu, setiap tarikan nafas warga negara Indonesia dipajaki negara agar terkesan lebih biadab, namun itu tidak dilakukan negara Indonesia.
Rasionalisasi manfaat pajak untuk pendidikan, kesehatan dan kebutuhan mendasar masyarakat. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan nasional atau pengeluaran negara lainnya.
Pengeluaran negara lainnya seperti pengeluaran untuk menggaji Presiden sampai bupati dan walikota serta PNS mulai dari perekrutan hingga pembayaran kendaraan dinas pejabat oleh pajak kita. Bahkan Fakir miskin, anak yatim dan orang terlantar dibiayai negara bersumber dari pajak kita.
Dengan demikian, Uang pajak kita mendukung “Indonesia Maju” dalam kebijakan fiskal akan diarahkan untuk mendukung akselerasi daya saing melalui inovasi dan penguatan kualitas sumber daya manusia. Balasan kepada mereka yang bayar pajak yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Ini bisa menambah keberkahan harta dan aset kita di Indonesia.(*)
Rujukan : 1, 2, 3, 4,5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H