Isu taliban di tubuh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuat penyidik senior Novel Baswedan mendapatkan stigma negatif. Ini sangat tidak berfaedah dan kurang kerjaan atau mungkin kerjaan dia mencari keributan sesuai pesanan. Namun orang-orang keturunan arab yang ahli linguistik malah menganggap taliban adalah pujian. Pekerjaan taliban secara linguistik ialah menuntut (talab) ilmu. Novel Baswedan juga orang berilmu karena santri lulusan paling cerdas dari Akademi Polisi 1998.
Denny Siregar memang terkesan membenci keturunan Arab, tapi beliau tidak berani sampaikan pada kelompok Islam mayoritas dari NU yang moderat seperti Habib Luthfi ataupun Priayi. Priyayi adalah golongan bangsawan dan ningrat beragama Islam. Jajaran ningrat biasa berpolitik dan duduk di pemerintahan. Denny Siregar tidak mungkin melabeli seluruh presiden yang beragama Islam dengan label "Islam @#^%$7". Mohon Maaf disensor he he he.
Label Islam "liberal", "moderat", "konservatif", "radikal" atau "reaksioner" ini sering disalahartikan atau disalahpahami sebagai Agama baru. Ini untuk labelisasi dan memudahkan mengidentifikasi orang-orang Islam dari cara berpikir.Â
Misal ketika seorang beragama Islam itu memiliki reaksioner, maka mereka menentang kemajuan dalam beragama Islam. Mereka pergi ibadah haji jalan kaki dan mereka menolak pesawat. Bila dirinya tidak seperti Nabi. Maka, akan sedih. Reaksioner mengartikan sudut pandang dan kebijakan untuk mengembalikan status quo ante. Istilah gampang anak muda islam kolotan atau wahabi.
Spektrum politik  adalah rentang sikap politik publik, yang berangsur-angsur dari seperti bandul mulai ekstrem ke moderat ke ekstrem. Publik Indonesia dimayoritasi orang-orang beragama Islam dengan spektrum politik moderat.Â
Contoh Umat Islam era Soekarno mengambil spektrum politik ekstrem ketika KH Hasyim Asyari menjawab permintaan Soekarno dengan mengeluarkan Resolusi Jihad untuk melawan Belanda. Kemudian, Spektrum politik spektrum politik  kembali moderat setelah belanda menghilang selinear dengan wafat jutaan umat Islam.Â
Spektrum politik mulai ekstrem kembali di era reformasi ketika Al-Maidah, salah satu surat dalam Al-Quran dihina oleh Basuki Thaja Purnama atau Ahok sehingga Kyai Mar'ruf Amin menyetujui tindakan Habib Rizieq. Seluruh NU turun bergabung dengan FPI agar Ahok diadili karena penistaan kitab suci itu tidak toleran. Ketua MUI, Ma'ruf Amin dalam sidang kasus dugaan penodaan agama mendapatkan tudingan keras namun Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) siap membela sesepuh Nahdiyin tersebut apapun yang terjadi.Â
Tidak punya iman apabila Al-Quran dihina oleh siapapun, ekspresi umum mayoritas Islam jengkel pada penghina Al-Quran. Setelah Ahok dihukum adil, spektrum politik mayoritas kembali moderat tapi Habib Rizieq belum kembali moderat. Begitu juga Kyai Maruf menjadi wakil presiden dan kembali moderat.Â
Dengan spektrum politik belum kembali moderat sehingga keusilan Denny Siregar untuk melabeli kelompok FPI sebagai Kadrun atau Kadal Gurun karena pasca peristiwa 212 sering dijadikan komoditas politik.Â
Dengan demikian toleransi beragama menjadi penting di Indonesia pasca peristiwa 212. Istilah Denny Siregar menyakiti minoritas Keturunan Arab tidak perlu ditiru sebagaimana istilah Rocky gerung melabeli pendukung jokowi sebagai dungu atau cebong.Â