Kita berpikir untuk menjadi verfikasi hijau atau biru harus disogok dengan uang karena Akun Abdurrofi Abdullah Azzam sudah premium selama 12 bulan kedepan dengan uang transfer RP. 276.000. yang ditansfer ke nomor rekening BNI. Namun dengan membaca dari kompasianer dengan verfikasi biru, kakanda Nurulloh tidak harus.
Menurut (Nurulloh : 2020) Secara eksplisit saya sampaikan bahwa hadirnya fitur Premium ini adalah pilihan bukan suatu keharusan. Sebuah pilihan yang keputusannya ada di tangan Kompasianer itu sendiri. [1]
Kompasianer centang biru ini mewakili sebagian besar kompasianer di Indonesia terutama mereka yang tidak bersuara dengan lantang dalam rumah ini bersama demi menjaga kesantunan dan kerukunan. Narasi ini benar dari hati mendalam untuk memperjuangkan kompasioner dengan prinsip kesetaraan mengenai fitur premium ini.
Menurut (Nurulloh:2020) menyampaikan kejengkelah dalam diawali pertanyaan,
Lantas, kenapa harus berbayar? harusnya dibayar dong! Dalam catatan "Tahun ke-11 dan Berkompromi dengan 'Value Proposition'" akhir tahun lalu, disampaikan bahwa Kompasiana mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dari sisi keterbacaan (pageviews), jumlah konten dan member baru.[2]
Pertanyaan yang selalu kakanda Nurulloh diajukan kepada pengelola kompasiana karena pertumbuhan yang cukup signifikan dari sisi keterbacaan oleh orang yang berkontribusi optimal, Ibarat sebelum kamu membeli sesuatu di toko adalah beberapa jasa tersebut dengan iklan.
Tentu, Di sini bisa dipasang iklan dan uang berperan untuk menyatakan harga suatu barang atau jasa di iklankan sehingga mendapatkan keuntungan. Berkat fungsi dari kontribusi semua kompasianer sebagai website kompasiana ini bisa membangun iklan tapi mengapa sesama kompasianer harus membayar iklan dalam fitur premium.
Fitur premium penunjuk harga iklan bukan main yang harusnya kepada mitra lain yang ingin iklan dengan membayar sejumlah uang kepada pengelola kompasiana, kamu bisa menimbang-nimbang sebelum memutuskan fitur premium namun hak loyalti tidak dibagi merata padahal kualitas itu “subjektif". Kakanda Himam miladi mendukung argumentasi terhadap loyalti untuk membangun kompasiana meengenai "loyalti".
Menurut (Himam:2020) Hak istimewa ini berpengaruh terhadap "loyalti" bulanan alias K-Rewards yang bisa didapatkan. Sebagaimana yang kita ketahui, sejak pertengahan 2019 seiring dengan otomatisasi "Pilihan" pada setiap artikel dari Kompasianer Biru, Kompasiana memperketat aturan perolehan K-Rewards. Hanya artikel yang minimal masuk kategori Pilihan yang dihitung pageview-nya untuk mendapatkan K-Rewards.[3]
Selain "loyalti" berdasarkan kasta kompasianer biru, Proses pengkastaan mengalami kemunduran sejarah, semua penduduk kompasiana diwajibkan untuk memilih salah satu dari maju menjadi lebih baik atau mundur kebelakang.
Contoh klasik kasta menurut kakanda (Felix:2020) terdapat dalam masyarakat Hindu yang mengenal kasta Sudra (terbawah), Waisya, Ksatria dan kasta Brahmana (tertinggi). Seseorang menjadi Sudra karena orangtuanya Sudra atau menjadi Ksatria karena orangtuanya Ksatria. Tidak ada cerita Sudra melahirkan anak Ksatria, misalnya. Kecuali karena jasa yang luar biasa bagi kerajaan, misalnya, lalu seorang Sudra diangkat derajatnya oleh raja menjadi seorang Ksatria (assigned status).[4]
Para kompasioner ibarat bangsa-bangsa Yunani Kuno memiliki peradaban yang naju. Peradaban bangsa Yunani merupakan tulisan-tulisan yang kemudian dikembangkan oleh bangsa Barat sebagai pemikiran. Peradaban bangsa Yunani kini mulai runtuh meliputi beberapa daerahnya terpecah-pecah karena banyak masalah di yunani. Verifikasi biru itu adalah beban moral tinggi, verfikasi hijau memiliki beban moral sedang dan kompasianer yang belum diverifikasi memiliki beban moral rendah seperti Abdurrofi.
Bukan hanya ekspektasi akan artikel-artikel yang bermutu tinggi bagi pembaca. Kompasianer yang sudah diverifikasi karena dengan suatu ekspektasi sosial telah dilekatkan siasat "Kuda Troya" atas ide Raja Odysseus.
Perlu diketahui, Kuda Troya adalah sebuah kuda papan raksasa yang di dalamnya digunakan untuk bersembunyi tentara Yunani. Kuda tersebut diletakkan di luar benteng kota Troya. Orang Troya tertipu, kuda kayu dikira hadiah lalu ditarik ke dalam benteng. Ketika dibuka tentara Yunani berhamburan dan menyerang secara mendadak. Sementara itu, armada yang berpura-pura meninggalkan Troya datang kembali ikut menyerbu. Akibatnya, pasukan Troya mengalami kekalahan.[5]
Mungkinkah orang troya itu pembaca?
Ya Mungkin pembaca akan memilih sesuai dengan selera mereka sesuai latar belakang pembaca dari pendidikan, budaya, hobi dan asas primordial lainnya. Pada akhirnya status centang biru, centang hijau atau yang tidak bercentang bisa tertipu yaitu ekspektasi akan artikel-artikel yang bermutu tinggi ternyata tidak atau artikel bermutu tinggi tapi tidak bisa dinikmati karena bukan selera.
Bila Orang Troya diibaratkan pembaca yang tertipu, "loyalti" dikira hadiah lalu ditarik ke dalam benteng pengelola. Ketika dibuka katanya centang biru lebih baik daripada centang hijau ternyata tidak, ibarat tentara Yunani berhamburan dan menyerang secara mendadak pasukan Troya pembaca kompasiana mengalami kekecewaan.
Pada hakikatnya kedaulatan terakhir pada keputusan para penikmat bacaan di kompasiana, Kedaulatan tersebut yang tidak bisa dintervensi oleh yang namanya kasta baik biru, hijau atau tidak ada sama sekali. Beberapa kompasioner sudah posting terbaik tapi view dikit dan beberapa juga ada yang jengkel. Kami turut perihatin... :(
Ultimatum menurut Imam mahdi, eh salah kok jadi topik akhir zaman. Kita ralat maksudnya Kakanda Himam Miladi membuat ultimatum sebagai pernyataan permintaan terakhir tak terbatalkan yang menjadi bagian dari cara diplomatik handal terhadap mamah dan papah pengelola kompasiana,
Pertama, cabut hak istimewa yang sudah diberikan pada Kompasianer Verifikasi Biru. Kembalikan format pemilihan artikel Pilihan/Highlight seperti semula. Artinya, semua artikel, tanpa memandang status akunnya harus dinilai dulu apakah layak masuk kategori pilihan atau tidak. Jika tak dipenuhi pertama pilihan kedua bukan perang karena virus corona saja belum beres tapi lebih kepada memberi privilige atau porsi yang sama pada Kompasianer Verifikasi Hijau agar semua artikel mereka langsung jadi Pilihan. Toh secara data administrasi, mereka benar-benar orang yang nyata, bukan akun abal-abal.[6]
Kompasiana adalah rumah kita dan kita ingin rumah ini menjadi lebih baik kalau perang juga mengganggu ketertiban dan menjauhkan rezeki karena para pengelola sebagai orang tua kita akan merasa gagal. Kekhawatiran gagal ini bukan karena dibayar uang sogokan tapi melihat nasib kompasiana yang memiliki peradaban maju seperti bangsa Yunani berpontensi mengalami kemunduran. Tentu, kita tidak ingingkan ini.
Apalagi negeri para Dewa itu Yunani masih terpuruk dengan masalah semakin banyak. Alangkah indah apabila aspirasi para kakanda diselesaikan realese press conference oleh papah dan mamah pengelola kompasiana sebagai orangtua dengan arif dan bijaksana. Kami sebagai adik paling bungsu dengan predikat belum terverfikasi percaya rumah kita (kompasiana) menjadi lebih indah sehingga tamu-tamu yang datang kerumah ini untuk membaca dari penjuru dunia.
Salam Excellent dari Tim Penulis masih belajar jadi jurnalis dalam akun Abdurrofi Abdullah Azzam.
Sumber
[1] Nurulloh. 2020. "Kompasiana Tetaplah Rumah Bersama.” Hlm 1Diakses pada 7 Juli 2020 dari Kompasiana.com https://www.kompasiana.com/nurulloh/5f02f8f0097f3670216e2682/kompasiana-tetaplah-rumah-bersama?page=1
[2]Nurulloh. 2020. "Kompasiana Tetaplah Rumah Bersama.” Hlm 2 Diakses pada 7 Juli 2020 dari Kompasiana.com
[3] Himam Miladi. 2020. “Kasta di Kompasiana itu Nyata Adanya”. Hlm 2 Diakses pada 7 Juli 2020 dari Kompasiana.com
[4] Felix Tani. 2020. “Verifikasi Hijau dan Biru, Kasta atau Klasifikasi?” Diakses pada 7 Juli 2020 dari Kompasiana.com https://www.kompasiana.com/mtf3lix5tr/5f04302c097f365fa7023cc2/verifikasi-hijau-dan-biru-kasta-atau-klasifikasi
[5] Wulan Sondarika. 2015. “Peradaban Yunani Kuno”. Jurnal Artefak. Vol. 3 No. 2 hlm 203 Diakses pada 7 Juli 2020 dari Unigal.ac.id https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/artefak/article/view/338
[6] Himam Miladi. 2020. “Kasta di Kompasiana itu Nyata Adanya”. Hlm 3 Diakses pada 7 Juli 2020 dari Kompasiana.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H