Reputasi babi hancur sebagai binatang gembul  diterpa isu  virus flu babi Flu babi pertama kali dikenali pada pandemi 1919, dan masih menjangkit sebagai virus flu musiman. Flu babi disebabkan oleh strain virus H1N1, yang dimulai pada babi.
Reputasi babi yang sering banjir keringat bau dan berkubang di lumpur kotoran. Tahukah kamu kenyataannya pada tahun 2020, mereka (babi) terkuak mempunyai simpenan berupa virus terbaru yang diberi nama "G4 EA H1N1"Â atau disingkat virus G4 ini merupakan turunan dari virus flu babi yang pernah ada di bumi.
Reputasi buruk babi diakui Kementerian Kesehatan  RI dengan cara mewaspadai potensi serangan flu babi pada manusia dengan terus melakukan surveilans untuk mendeteksi setiap kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan.
Menurut WHO, surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data flu babi secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan untuk flu babi.
Kemungkinan eksistensi babi bakal menurun karena reputasi babi tidak baik di China. Namun para pecinta babi Indonesia mengabaikan virus flu babi "G4 EA H1N1" karena ancaman virus saat  belum ada bukti.
Hal ini terungkap bukti hanya di China setelah penelitian dengan mengambil 30.000 sampel swab dari rumah pemotongan babi di 10 provinsi di China sejak 2011 sampai 2018, terdapat 179 virus flu babi yang sebagian besar merupakan jenis G4. Liu Jinhua dari Universitas Agrikultur China memimpin tim yang akan memperkirakan strain flu yang berpotensi menjadi pandemi seperti covid-19.
Tetap santuy makan babi atau beralih ke sapi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H