Hampir semua sektor terpukul akibat Covid-19 termasuk sektor properti. Apakah benar properti akan terus jatuh pada awal 2021. Waktu dekat saat itu kebanyakan dari mereka itu mengkalkulasikan kemungkinan jatuhnya harga properti tanpa melakukan segmentasi atau dikotomi.
Covid-19 menjadi penyebabnya  permintaan properti mewah akan mandeg atau terjadi kelebihan pasokan rumah sehingga harga mulai menurun. Namun segmentasi properti kelas menengah tidak.
Permintaan tidak berarti properti bakal murah untuk kelas menengah karena menjadi incaran investasi masyarakat kelas atas. Ya berarti harga rumah bakal murah banget ya berarti masyarakat kelas menengah tidak bisa beli rumah.
Ya yang perlu kita semua pahami agar keadaan kondisi new normal itu berkah bisa jadi bukan musibah. Berkah bagi masyarakat kelas atas membeli properti yang baru dibangun 12 rumah tiap perumahan dengan sewa kepada masyarakat menengah.
Kalaupun memang pada akhirnya ada dan harga rumah semuanya sesuai dan jatuh kepada pembaca belum tahu punya kemampuan membeli tunai sehingga harus utang dan pinjaman bank.
Bank-bank Indonesia itu rigid atau kaku dalam soal pinjaman dan utang sangat sangat menyehatkan bagi para ASN dibandingkan Swasta. Kalaupun pinjaman pada pegawai swasta itu kepada perusahaan yang relatif stabil.
Perolehan rumah dan properti masyarakat menengah harus bersaing dengan kelas atas dalam setiap bisnis. Indonesia sendiri per 2021 lalu memiliki masyarakat kelas menengah dengan pendapatan kira-kira Rp. 6000.000 dari UMKM.
Para pelaku UMKM mendapatkan rumah murah subsidi ya dia bisa stabil karena memang dilindungi sama regulasi. Segmen-segmen yang cenderung stabil bahkan meningkat yang pertama dan pembagian target penyertifikatan tanah.
Program satu juta rumah untuk kelas menengah dikebut Kementerian PUPR meski pandemi Covid-19 harga properti terus mengalami peningkatan dan kesempatan akses rumah kelas menengah semakin mudah.
Meskipun banyak asumsi harga properti saat ini harga relatif sedang di bawah, koreksi terjadi. Namun kebutuhan rumah menjadi penting terutama mereka yang telah menikah.
Sederhananya kita mikir kalo rumah sudah terlalu mahal siapa yang mau beli namun pemerintah harus kita dukung program rumah subsidi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah.
Perdagangan properti kelas mengah gila-gilaan sudah nggak ada yang sanggup beli yang mau nggak mau harganya yang pasti dari program subsidi. Peningkatan pembeli, terjadi dari segmen pembeli end user yang memang untuk kebutuhan hunian.
Jika kamu sudah memiliki rumah mewah satu ada hasrat investasi rumah kelas menengah karena properti ini mudah laku dan banyak peminatnya. Itulah kebutuhan primer masyarakat atas mengenai rumah untuk instrumen investasi.
Sebenarnya punya kemampuan untuk beli 10-12 Â rumah mewah yang harganya di atas 2 M tapi lebih memilih untuk beli satu rumah mewah dengan puluhan rumah tidak mewah untuk disewa dan kontrakkan.
Harga rumah cuman 100 juta sekarang sudah tembus 800 juta karena lahirnya banyak orang dan terbatasnya rumah untuk kalangan kelas menengah punya ketahanan nasional yang sangat luar biasa.
Apabila Anda penghasilan  ditas 80 juta sampai 100 juta per bulan investasi rumah kelas menengah yang minimalis. Banyak anak muda yang buru-buru menikah karena buta cinta dan buta harga properti akan meningkat tajam.
Beberapa anak muda yang cerdas dan paham investasi perumahan menjadi salah satu andalan pemerintah untuk mendorong ekonomi nasional bergerak naik.
Tak salah menikah akhirnya memutuskan untuk beli rumah cepatnya waktu itu meningkatkan penjualan properti. Peningkatan populasi menjadi bisnis dan investasi menggiurkan, bukan.
Belum lagi budaya investasi rumah kelas menengah makin merebak di Indonesia sehingga segmen properti harga properti bakal jatuh relatif sulit pada tahun 2021.
Rumah kelas menengah lokasinya cukup strategis dengan infrastruktur memadai membuat harga jual makin tinggi. Dalam bisnis digital dan ekonomi yang kreatif pembeli mudah diidentifikasi pembelian rumah ini.
Pada waktu muda hebat bila memiliki satu rumah mewah tapi lebih hebat pada usia tua jika membeli rumah-rumah kelas menengah strategis yang diminati anak muda.
Slogan rumah minimalis makin  diminati bagi anak muda yang mengetahui dan mempunya kemampuan membeli. Tidak sepenuh anak muda pada tahun 2o21 akan membeli rumah mewah.
Anak muda lebih memilih rumah minimalis karena pertimbangan lajang dan bagian wilayah properti yang sesuai dengan fungsi bangunan. Sebagai anak muda memperhatikan beberapa pertimbangan yang berhubungan dari segi kendala, potensi bencana dan fungsi rumah kelas menengah.
Rumah memiliki cakupan yang tidak terlalu luas sehingga dapat menampung berbagai aktivitas memiliki permintaan tinggi sehingga harga tidak seharusnya jatuh dengan biaya perawatan yang murah.
Dengan demikian hipotesis akan tetap hipotesis bila tidak diuji mengenai harga rumah jatuh. Hasil pengujian hipotesis pada rumah jatuh  untuk kelas menengah sulit dibandingkan kelas atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H