Mohon tunggu...
Abdurrofi
Abdurrofi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penyuka Kopi dan Investasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Investasi gagasan untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Praktis (Blusukan) Menimbulkan Anti Rasisme Atau Anti Risma?

15 Januari 2021   23:33 Diperbarui: 15 Januari 2021   23:50 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasisme adalah sejarah kelam Indonesia  yang merasa ras diri sendiri merupakan ras jawa yang paling tinggi daripada ras lainnya sehingga semua otoritas publik harus dari ras jawa termasuk politik praktis yakni blusukan.

Pemahaman masyarakat menerima ras jawa yakni menjadi bagian masyarkat Jakarta mudah sedangkan khusus Menteri Risma terdapat penolakan suatu golongan masyarakat yang bukan berdasarkan atau berbeda ras.

Tidak ada komponen masyarakat Indonesia yang mengacu pada ciri-ciri biologis dan fisik untuk mengkritisi. Satu di antara yang paling jelas adalah warna kulit dan latar belakangnya menteri risma.

Jika terlanjur memiliki stereotip politisi Jawa suka blusukan, ubahlah sedikit demi sedikit. Atau, cobalah merespons orang lain dengan cara yang lebih baik. 

Misalkan Megawati menjadikan kawan politik yakni Walikotas Solo sebagai tumbal untuk menutupi kebobrokan yang lebih besar dari dalam partai ataupun lembaga pemerintah menteri sosial sebelumnya, Juliari Peter Batubara dalam pusaran korupsi.

Ini adalah  politik praktis yang hebat, Dari fee Rp 10 ribu per paket sembako itu, total akumulasi dana korupsi yang dinikmati Juliari diduga mencapai Rp 17 miliar dari jabatan menteri sosial.

Hebohnya pemberitaan tentang Menteri risma dengan drama publik yang terbongkar untuk mendulang popularitas di tengah krisis kesehatan jangan sampai membuat kita lupa dengan sejumlah kasus korupsi yang sedang marak terjadi.

Setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi, terkait bansos Covid-19, Menteri Sosial Juliari Peter Batubara, menyerahkan diri ke KPK ia tidak menghadapi pengadilan seakan-akan berita hilang.

Argumentasi  secara serampangan peringatan bagi koruptor yang melakukan tindak pidana korupsi merasa gentar. Padahal secara yuridis memang sudah diatur dalam Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Politik Praktis (Blusukan) Menimbulkan Anti Rasisme Atau Anti Risma?

Menteri Sosial Korupsi Dana Bansos. Sumber foto : hellomotion/Dhidit Dona
Menteri Sosial Korupsi Dana Bansos. Sumber foto : hellomotion/Dhidit Dona

Dengan demikian blusukan tidak menimbulkan pro-rasisme, anti-rasisme, anti-risma, atau pro-risma. Hal yang lebih substansi ialah anti korupsi di kementerian sosial. Mengapa?

karena Juliari Peter Batubara yang  melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri dan suatu korporasi belum ada kabar terhangat. 

Ditambah  ada upaya pengalihan opini publik terhadap kementerian sosial melalui menteri risma untuk mendulang popularitas dikala krisis kesehatan.

Kita menjadi bagian masyarakat anti korupsi menuntut kejelasan uang pajak yang diambil oleh mafia dan pejabat negara tersebut. 

Harapan yang disertai kritik terutama soal blusukan yang dianggap sebagai pencitraan publik itu wajar, yang tidak wajar korupsi dikala pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun