Pernah mendengar mantan yang playing victim, seolah dalam kasus hubungan saya terjadi mantan yang salah namun ia justru menganggap dirinya korban. Ia bertingkah laku korban padahal ia aktor utama putusnya hubungan pacaran.
Sedikit banyak emosi naik yang menjadi harapannya, beruntung saya berkepala dingin. Saya sabar dan tenang menghadapinya padahal hanya silaturahmi, ia selalu bertanya-tanya mengapa selalu yang buruk datang padaku.
Saya langsung jawab jika tidak diundang keburukan tak akan datang. Seandainya dulu kamu lebih percaya saya dibandingkan orang lain. Kamu tidak seperti ini, memang semua pria dicap suka selingkuh tapi bukan berarti saya orang sama.
Pelajaran yang kamu ambil jangan terlalu percaya perspektif buruk dan hoaks beredar terutama dalam hubungan satu sama lain. Lebih baik lanjutkan silaturahmi untuk meyakinkan kita masih bisa teman juga.
Saya pernah memilih jalan tanpa harus bermusuhan dan mengedepankan sikap profesionalisme selama bangku SMA. Saya juga belajar akademis dan isi hati wanita dengan pacaran melalui tiga fase yaitu "pra-pacaran, pas-pacaran dan pasca-pacaran".
Penelitian tersebut untuk wanita-wanita menunjukkan tidak semua wanita baik, cantik, dan berpikiran terbuka menolak dalam hubungan poligami yang berkeadilan dan bijaksana. Kini mereka menjadi bagian dari istri-istrimu.(*)
Nah, sekarang, bagaimana menurut mencegah ketimpangan populasi antara populasi pria dan wanita di Indonesia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H