Proses dialektika antara benturan yang terus berulang antara tesis, antitesis, dan sintesis ke dalam amendemen UUD 1945 yang akan dibahas kembali di MPR menuju pada piagam jakarta. Indonesia terapkan Islam sebagai semua solusi atas kontradiksi internal akan terselesaikan secara dialektika demokrasi dua poros seperti AS.
***
Sintesis Filosofis PNI Versi Putih dan PNI Versi Merah
"Jika PNI versi merah adalah tesis, maka PNI versi putih adalah Anti Tesis Pemikiran. Sehingga sintesis menjadi merah putih itulah bendera Indonesia. Sehingga posisi bendera merah dahulu dilanjutkan putih." Ucap mas rofi
Pemikiran Bung Karno mencerminkan pemikiran banteng sebagai perlawanan. Banteng merupakan mahkluk ciptaan Tuhan yang kuat sedangkan logo Habib Rizieq membuat logo bulan dan bintang merupakan benda antariksa ciptaan Tuhan yang bukan perlawanan.
Perbedaan banteng dengan bulan dan bintang ialah posisi banteng di bumi sedangkan bulan dan bintang diluar bumi. Banteng tidak menghasilkan pantulan matahari dan banteng tidak menghasilkan cahaya sendiri. Kalo Cahaya Banteng Mas, Itu PT Manufaktur.
Oleh karena itu pemilihan bulan dan bintang mencerminkan bulan yang menghasilkan cahaya dari pantulan sinar. Sedangkan bintang menghasilkan cahayanya sendiri. Mirip Partainya Pak Yusril.
Pergeseran cahaya bintang dalam kaligrafi bertuliskan bismillahiramanirohim, artinya dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan penyayang dipantulkan dalam bulan bertuliskan syahadat persis mirip logo sarekat Islam versi terbalik dari HOS Tjokroaminoto, guru soekarno.
Soekarno membuat logo segitiga saja tanpa memberitahukan maknanya sedangkan Habib Rizieq membuat segetiga dengan butir-butir tasbeh tiga dimensi yaitu Tuhan, manusia dan alam. Imam FPI anjurkan bertasbih dengan memuji Allah.
Dasar merah logo segitiga dari soekarno dan Habib Rizieq menggunakan dasar putih mencerminkan bendera Indonesia yakni merah putih. Kemudian PNI menjadi PDI dilanjutkan merah PDI-Perjuangan berbentuk bulat dan dasar merah. Pendirian organisasi non-segitiga sambil menunggu momentum tepat ibarat ying dan yang kearifan lokal. Drama FPI dan PDI-Perjuangan belum usai.(*)
***
Riyadh, 8 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H