Mohon tunggu...
Abdurrofi
Abdurrofi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penyuka Kopi dan Investasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Investasi gagasan untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Vaksin Gratis adalah Momen Masyarakat Jawa Barat Bersyukur dan Berlega Hati

18 Desember 2020   17:00 Diperbarui: 18 Desember 2020   17:04 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil Salat (Foto: jabarnews.com)

Masyarakat Jawa Barat terkenal sebagai masyarakat yang toleran dan pandai bersyukur bahkan saat menghadapi hadiah vaksin gratis. Fenomena komunitas-komunitas Islam di Jawa Barat ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur dan toleran untuk bagian dari ajaran agama Islam moderat (wasathiyah). Berita vaksin gratis juga menyebabkan euforia kembali ke masjid untuk melepas rindu untuk ibadah salat jumat berlega hati.

Konsep Islam yang dijalankan masyarakat Indonesia jawa barat sejak wali Songo menjadi tokoh utama di balik berkembangnya Islam di Tanah Pasundan. Pada abad ke-14 di mana Wali Songo menjadi tokoh utama di balik berkembangnya Islam di etnis sunda pada abad ke-14 di mana Wali Songo menjadi tokoh utama di balik berkembangnya Islam di Pulau Jawa menjadi pemicu utama harmonisasi sebuah sosial budaya.

1. Masyarakat Jawa Barat Tidak Mengeluh Dalam Pandemi Covid-19

Masyarakat Jawa Barat Salat (Foto: jabarnews.com)
Masyarakat Jawa Barat Salat (Foto: jabarnews.com)

Masjid kembali penuh dengan konsep sederhana standar masjid-masjid internasional dengan masjid ini kurang begitu bagus. Namun, mereka begitu semangat ke masjid menyampaikan setiap rasa syukur. Hampir sedikit dari mereka menyampaikan keluhan-keluhan hidup karena mereka mersakan nikmatnya ibadah, makan, dan kerja baik petani, pedagang sampai pegawai negeri.

Peranan masjid di tengah masyarakat Jawa Barat sangat vital, terutama sebagai sarana keagamaan meliputi salat, majelis taklim, dan motivasi hidup, merajut persaudaraan dan nilai-nilai kekeluargaan. Ini kurang mewah tapi mereka merasakan kesejukan dan hati yang damai beberapa orang Indonesia masuk Islam sebelum masuk masjid tanpa paksaan.

Banyak hal yang membuat sebuah provinsi menjadi tempat yang nyaman bagi masyarakatnya. Refleksi mencintai cagar budaya melalui nilai-nilai yang tercermin dari para pendahulu yakni para wali songo. ini membantu memberikan gambaran global tentang persoalan-persoalan negara ini bisa tetap terjaga keutuhannya dalam koridor Indonesia. Karakteristik Jawa Barat bukan timur leste yang ingin berpisah karena gesekan dan keluhan kecil.

2. Antusias Anak Kecil Jawa Barat Ke Masjid

 Anak-Anak kecil Jawa Barat Salat (Foto: jabarnews.com)
 Anak-Anak kecil Jawa Barat Salat (Foto: jabarnews.com)

Masjid adalah tempat perserikatan anak-anak kecil membangun teritorial berdialog baik masalah permainan di ponsel, bahas agenda permainan setelah ibadah sampai sosialisasi dengan menunjukkan keterbukaan pada kepedulian lingkungan.

Selain itu, kemampuan untuk berpikir disiplin memakai masker dan mencuci tangan sangat mereka jalankan agar mendapatkan izin bermain oleh orang tua. Padahal ini pemerintah Indonesia inginkan, sebab disiplin bermakna melatih, mendidik dan mengatur diri sebelum mengatur peradaban tepat dan akurat.

Meski terjadi selisih paham terkait sulitnya jaga jarak tapi melihat kedisiplinan dalam menjaga kebersihan dan higienis membuat mereka bebas gerak dan berinteraksi daripada stres dikurung di rumah. Mereka rindu ke masjid karena kebanyakan teman dan sahabatnya selalu ada di masjid juga.

3. Hampir 50 Juta Populasi dan Kebutuhan Tempat Ibadah Layak

 Anak-Anak kecil dan remaja Jawa Barat Salat (Foto: jabarnews.com)
 Anak-Anak kecil dan remaja Jawa Barat Salat (Foto: jabarnews.com)

Berdasarkan data BPS jumlah populasi Jawa Barat 49,94 juta mendekati angka 50 juta. Masjid-masjid besar tapi penduduk beragama Islam jauh lebih banyak sehingga terjadi ketimpangan tempat Ibadah yang layak.

Ketimpangan kapasitas masjid dibandingkan populasi beragama Islam. Sejumlah permasalahan dari kapasitas masjid pun masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Jawa Barat dan pengelola masjid. Ketimpangan tersebut ditunjukkan banyaknya orang memeluk Islam dan urbanisasi orang Islam dari berbagai pulau ke Jawa Barat .

Tren ketimpangan yang melebar antara kebutuhan tempat ibadah yang layak. Yang tidak kalah menariknya yaitu kesenjangan antara kapasitas dan populasi. Masyarakat Jawa Barat gotong royong menyisihkan uang hasil kerja untuk pembangunan. Pada kurun waktu yang sama gerakan gotong royong berbasis Pancasila mengatasi masalah kesenjangan sedikit demi sedikit.

Setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan tempat ibadah yang layak. Meskipun layak itu jauh diterima penting pelayanan terhadap masyarakat Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat akan selalu mengingat jika tempat ibadah yang berikan sangat baik atau sangat buruk. Keeadaan tentu tidak ingin masyarakat Jawa barat berkonflik karena mereka  tetap mengingatnya prinsip persatuan dan kesatuan Indonesia.

4. Tradisi Jumat Berkah Berbagi Dengan Tulus

Masyarakat Jawa Barat Berbagi setelah Salat Jumat(Foto: jabarnews.com)
Masyarakat Jawa Barat Berbagi setelah Salat Jumat(Foto: jabarnews.com)

Potret masyarakat berbagi hidangan dibungkus berisi nasi liwet dan daging sapi. Tentu berbeda wilayah-wilayah di Jawa Barat sesuai sumber daya alam yang mereka kelola. Jawa Barat pinggiran menjalankan tradisi berbagi Jumat berkah dengan hidangan nasi dan ikan. Hidangan dibawa pulang agar mereka bisa makan bersama.

Ringkasnya, Tradisi Jumat Berkah artinya hari Jumat itu penuh kebaikan dan keutamaan bagi masyarakat Jawa Barat. Jumat adalah hari khusus memaksimalkan ibadah atau amal kebaikan setelah hari-hari seperti berbagi yang manfaat, kasih, cinta dan kebaikan diajarkan oleh wali songo. Beberapa masyarakat menengah ke bawah terkena dampak pandemi covid 19 bisa merasakan keringanan atas kebaikan sesama.

Mereka juga diperbolehkan untuk memberikan sedekah pada non-Muslim. Lalu, bagaimana jika mereka dihadapkan pada masalah keuangan, pasokan makanan pokok menerima prioritas terukur dan adil. Ini membuat mereka yang membutuhkan menjadi lebih terbantu dan membuat mereka yang memiliki kelebihan menjadi lebih berbagi dengan tepat.

Referensi : 1 2 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun