Mohon tunggu...
Abdurrofi
Abdurrofi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penyuka Kopi dan Investasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Investasi gagasan untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Setiap Anak Berhak Atas Pendidikan Meskipun Yatim dan Piatu

15 Desember 2020   15:54 Diperbarui: 15 Desember 2020   16:03 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap negara harus mendidik setiap anak meskipun yatim piatu. Naruto ninja yatim dan piatu penuh semangat yang ingin menjadi seorang melindungi Konohagakure hingga ia menjadi hokage.

Tidak heran sebagai referensi dalam mendesain karakter yang energik dan nakal ketika naruto kecil menjalani hidup. Iruka adalah guru pertama yang mendidik Naruto kecil agar ia menjadi lebih baik.

Pengalaman kehilangan kesempatan pendidikan karena yatim dan piatu berhubungan dengan munculnya efek negatif pada kondisi fisik dan psikologis individu. Pendidikan mengubah kondisi mental agar mengalami peningkatan kesehatan mental.

Anak yang tidak menerima pendidikan sampai PhD kemudian menganggur dianggap wajar dikarenakan mereka tidak adanya pendapatan yang menyebabkan kesulitan dalam hal finansial pendidikan, tetapi juga akibat dari konsep diri menjadi pengusaha dan belajar secara rajin dengan internet.

Anak yatim piatu kehilangan bagian dari kesempatan pendidikan formal tapi mereka tidak kehilangan kesempatan belajar. Optimis dan semangat menjadi bumbu perjalanan untuk memperoleh kejayaan. Dalam keterbatasan kita bisa melakukan usaha kecil membuka rezeki lebih besar.

Tentunya mereka yang tidak terdidik formal karena biaya tapi bisa sukses kemudian mereka menutup semua perusahaan karena covid19. Ini membuat stres kepada tenaga kerja terdidik di Indonesia. Semua dilakukan dengan pertimbangan turunnya permintaan sehingga berakibat stop produksi.

Ini memberikan tekanan proses hidup dinamis, penduduk yang sedang mencari pekerjaan dapat disebut penganggur terbuka atau penganggur penuh. Begitu juga dalam angkatan kerja ini bagi mereka yang tidak bekerja disebut pengangguran.

Tenaga kerja yang sudah menamatkan pendidikan dari perguruan tinggi atau akademi disebut pengangguran. Menjadi anak yatim seperti Abdurrofi dan Naruto  itu berat harus bekerja dan belajar juga. Singkatnya, keputusan yang berkaitan dengan takdir ini tidak terlalu buruk.

Periode pengambilan keputusan lebih bersyukur setelah dewasa dan mengetahui bisa menjadi masyarakat borjuis juga. Seberapa banyak lapangan kerja yang bisa buka untuk meningkat martabat pria dari pengangguran menjadi proletar (kelas pekerja) di perusahaan. Meskipun pada akhirnya mereka harus dipecat dengan pesangon utuh karena situasi covid-19.

Iklim bisnis dan usaha mengarah pada sekuritas kesehatan dan asuransi hidup. Bagi teman yang yatim piatu berbesar hati untuk menerima kondisi yang dialami ini dan tetap semangat menjalani hidup dengan pendidikan. Kelak kamu akan merasakan hasil manisnya dari pendidikan dan kerja keras dibangun dengan kejujuran tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun