Mereka mengartikulasikan wawasan itu dengan cara yang memiliki makna dan inspirasi bagi banyak orang. Anda harus menyampaikan hasrat dan keyakinan Anda melalui narasi yang kuat.
Ciri-ciri yang muncul antara lain keaslian, transparansi, kepercayaan, inspirasi, kemampuan untuk terhubung dan berinvestasi pada orang lain, kemampuan analitis, rasa ingin tahu, dan keberanian, antara lain.Â
Beberapa orang akan berargumen bahwa perilaku dan atribut ini diperlukan, namun dengan sendirinya, berdiri sendiri-sendiri, tanpa konteks yang diperlukan untuk menciptakan makna atau memicu perubahan, mereka berisiko dianggap sebagai kata kunci. Â Oleh karena itu minoritas menemukan narasi kepemimpinan mereka itu penting.
5. Instan Penerimaan dengan Mualaf di Jakarta
Dalam keragaman ini, perlu untuk meringkas interpretasi penerimaan. Sebuah studi yang menemukan bahwa 64 persen orang non-Indonesia merasa menjadi orang Indonesia ketika mereka masuk Islam dan mereka mudah diterima di Jakarta. Ini menjelaskan proses kognitif dan motivasi dalam hal jenis penerimaan instan antar kelompok atau lebih dikenal hidayah bisa sebagai aspek positif.
Psikologis sosial yang mana hal tersebut akan menentukan kualitas dan hasil dari penerimaan ketika bergabung dengan organisasi masyarakat dengan citra positif seperti peduli lingkungan dan peduli sosial sampai organisasi keagamaan yang damai di masyarakat Jakarta.
Ego selalu berusaha untuk mencapai tujuan dan kebutuhan serta memuaskan keinginannya namun jakarta membuka ruang bagi mereka rendah ego dan rendah hati. Komponen masyarakat berkaitan suku betawi dengan konteks historis, budaya, politik, dan ekonomi yang spesifik.
6. Pembauran Minoritas dengan Suku Betawi
Pembauran  satu kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Memahami berbagai hubungan atau relasi yang berkembang dalam kehidupan beragama Islam  oleh suku betawi tidak terlepas dari komunikasi yang terbentuk, baik secara sadar maupun secara alamiah dengan konteksnya.
Kelompok masyarakat suku betawi saling bergaul langsung secara intensif dengan pedagang Arab untuk waktu yang cukup lama. Beberapa kelompok tadi masing-masing berubah saling menyesuaikan diri menjadi satu melawan penjajahan.
Oleh karena itu, konsep asimilasi sebenarnya merupakan tahap yang paling mendekati integrasi dalam bentuk idealnya suku betawi dengan orang-orang pendatang beragama Islam.
Ini membuktikan asimilasi struktural yang bertalian dengan masuknya golongan minoritas Arab secara besar-besaran ke dalam kelompok suku Betawi, perkumpulan masyarakat, dan pranata pada tingkat kelompok primer dari golongan mayoritas pribumi.