Kedekatan psikologis dimana suku betawi dalam suatu kelompok memiliki tujuan dan pemikiran yang sama dan bentuk kedekatan fisik misalnya intensitas dalam pertemuan membuat penerimaan di Jakarta.
Kategori sosial hidung mancung keturunan Arab dan mata sipit dari keturunan Tionghoa akan memiliki arti dan berfungsi untuk membedakan antara mereka yang non-suku betawi dan mereka yang suku betawi hal ini disebut kategori kontras yang muncul, ada, timbul, memiliki keberadaan aktual.Â
3. Kuatnya Citra Minoritas di Jakarta
Identitas sosial dalam satu kelompok bergantung pada citra yang dibentuk dan melekat pada anggota kelompoknya. Misalkan citra suku Tionghoa dan suku Arab sebagai pedagang berubah menjadi pemimpin sejak memimpin Jakarta.
Setiap pengalaman hidup beberapa orang dapat mengetahui citra, sehingga tidak dapat dihindari bahwa kita semua memiliki kejadian unik dan berbeda di Jakarta. Begitu juga hubungan kekuasaan dan statusnya mengacu pada fakta bahwa beberapa kategori dalam masyarakat memiliki kekuatan besar, prestise, status, dan sebagainya, daripada yang lain.
Pengalaman dipimpin yang mirip dengan orang lain untuk berbagai derajat dalam kesamaan warga negara Indonesia. Dengan citra ini kita dapat menjelaskan keunikan kepemimpinan dan preferensi kepemimpinan Jakarta selanjutnya.
Pemakaian tanda-tanda yang terstandarisasi Islam, khususnya yang terkait dengan atribut badaniah umur dan gender, merupakan hal yang fundamental di semua masyarakat, sekalipun ada begitu banyak variasi lintas budaya yang dapat dicatat sebagaimana dalam piagam Jakarta.
Piagam Jakarta berisi ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, Kemanusiaan yang adil dan beradab, ketiga persatuan Indonesia, keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan terakhir Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Perjuangan Minoritas di Jakarta
Kepemimpinan dari kalangan minoritas berjuang untuk mendapatkan atau mempertahankan identitas sosial yang positif dan ketika identitas sosial dipandang tidak memuaskan di Jakarta.
Wawasan ini muncul dari data survei dan lusinan wawancara tingkat C-suite sebagai bagian dari studi global utama, Masa Depan Kepemimpinan dalam Ekonomi Digital.