Mohon tunggu...
Abdurrofi
Abdurrofi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penyuka Kopi dan Investasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Investasi gagasan untuk masa depan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pensiun Usia Muda Peradaban Borjuisme

5 Desember 2020   21:05 Diperbarui: 5 Desember 2020   23:04 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak kecil ingin memimpin lingkungan perusahaan. Sumber foto Shutterstock

Peragu sampai memutuskan untuk tegas, memutuskan untuk tegas itu bentuk peradaban borjuisme merujuk pada kelas menengah, menengah atas, atas dan  gaya hidup dan nilai-nilai mereka . Tidak ada sepenuhnya sukses tanpa kualitas kemandirian selalu mendapatkan pengikut sejahtera juga karena kita tidak pribadi tua untuk menjadi sukses dari usia muda.

Beberapa orang dengan banyak kita itu kenapa sulit maju dalam interaksi kita dengan orang lain karena pengertian kita tentang kata pensiun itu beda ini banyak anak muda pensiun itu selalu pikiran hanya jadi pegawai negeri lalu aman di masa tua dengan uang pensiun padahal ibunya mengeluh tiap bulan pensiun suaminya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Definisi Ulang Pensiun

Ilustrasi keliling dunia usai pensiun muda. Sumber foto Shutterstock
Ilustrasi keliling dunia usai pensiun muda. Sumber foto Shutterstock

Pensiun adalah seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena usianya muda dan  sudah  tidak lagi bekerja untuk mencari uang. Kalau kita sudah bisa berhenti bekerja karena 1 bulan dianggarkan berapa 200 juta dan aset bisa memenuhi kebutuhan tersebut bisa disebut pensiun. 

Bekerja sampai kapan mencari uang sebagai pegawai balapan antara biaya hidup dan pendapatan. Kita tidak boleh balapan antara biaya dan pendapatan.

Anak Muda Bisa Lebih Dewasa daripada Orangtua

Abdurrofi menumbuhkan janggut agar terlihat tua dalam struktur kepemimpinan. Sumber foto pribadi
Abdurrofi menumbuhkan janggut agar terlihat tua dalam struktur kepemimpinan. Sumber foto pribadi

Orang muda memiliki bawahan dan pengaruh besar memimpin perdagangan antara pulau. Tetapi ini bukan organisasi terstruktur karena kesulitan izin perusahaan. 

Beruntung sekarang anak muda dalam memimpin perdagangan lebih resmi karena pemerintah telah membuat Undang-Undang Cipta Kerja sehingga pembuatan izin lebih sederhana dan pekerja lebih stabil. Anak muda tidak punya anak buah sebelum bekerja tapi dia ingin jadi pemimpin perusahaan.

Anak muda yang sukses di atas keraguan orangtua dan pacar itu rasanya Borjuisme Sekali. Semakin anak muda sukses mengembangkan diri sendiri membuka jalan memimpin banyak orang. Jadi seorang senior dipimpin anak muda karena anak muda berhasil membuat seniornya menjadi sesuatu hebat dengan sikap yang sopan.

Anak muda sudah terbiasa santun, mempertimbangkan kesukaan pembicaraan senior, dan menegur santun. Anak buah yang salah adalah orang baik yang belum mengerti pekerjaannya. 

Oleh karena itu, orang cukup tua sering salah tunjukanlah penghormatan dan rasa terimakasih atas teguran yang santun dari pemimpin muda di perusahaan. Nasib rezeki dan pemutusan hubungan kerja bisa seperti hal tidak terduga selama bekerja dengan pemimpin muda.

Semua Anak Berpotensi Masuk Peradaban Borjuisme

Ilustrasi anak kecil ingin memimpin lingkungan perusahaan. Sumber foto Shutterstock
Ilustrasi anak kecil ingin memimpin lingkungan perusahaan. Sumber foto Shutterstock

Apakah kita begitu pesimis dengan semua potensi yang Tuhan berikan?  Tentu tidak. Orang-orang yang pesimis meyakini bahwa setiap pemberian Tuhan buruk yang mereka alami. Tuhan memberikan kemampuan khusus setiap manusia berbeda, setidaknya seorang manusia diberikan kelebihan yang diamanahkan Tuhan untuk dikembangkan menuju peradaban Bojuisme.

Suatu keyakinan tentang segala yang terjadi saat ini merupakan hal baik yang akan memberikan harapan dimasa depan sesuai apa yang kita berikan potensi. Seorang pemimpin bagaimana lingkungan tertentu yang bisa mengembangkan dirinya sekali-kali kita kita juga produk dari lingkungan kita itu betul sekali.

Lingkungan pesimis, lingkungan suka mencemooh, lingkungan malas belajar, dan lingkungan menjatuhkan kepercayaan diri. Seorang anak bicara di lingkungan kampus di Indonesia "Aku ingin masuk peradaban borjuisme dengan gaji diatas 200 juta". Sontak lingkungan perteman kampus menghina, mendiskriditkan potensi, dan sebagian mendukung mimpinya.

Ada mahasiswa ingin jadi orang kaya tapi beberapa mencoba memberi cermin untuk berkaca pada wajahnya. Itu kejam sekali lingkungan seperti itu. Anak muda butuh lingkungan baik untuk menjadi baik, anak muda membutuhkan lingkungan optimis untuk menjadi optimis dan lingkungan tidak mengeluh untuk menjadi mahasiswa tangguh.

Bagaimana kita akan masuk peradaban borjuisme dengan pemikiran lingkungan proletar. Banyak stereotip yang memandang bahwa proletar hanya terbatas sebagai masyarakat kelas rendah. Kita tidak akan pernah selamat di lingkungan proletar untuk mencapai peradaban borjuisme.

Semua Lingkungan Baik Ada Pendukungnya

Ilustrasi anak muda memimpin lingkungan perusahaan. Sumber foto Shutterstock
Ilustrasi anak muda memimpin lingkungan perusahaan. Sumber foto Shutterstock

Kita produk lingkungan baik sehingga kita selamat dengan lingkungan optimis, lingkungan suportif, dan lingkungan pelayanan. Indikasi anak muda membutuhkan lingkungan baik bertemu relasi baik untuk perekonomian yang baik. Banyak orang mengeluh gagal dilingkungan pesimis hingga ia harus hijrah.

Semua lingkungan menghasilkan produk karakter anak mudanya banyak anak muda mental dari lingkungan pegawai menjadi CEO di perusahaan . Karena mereka menemukan lingkungan baru yang membentuk perkembangan karakternya.

CEO yang sukses mensyukuri tidak menjadi pegawai dan menemukan lingkungan dan relasi membuatnya tinggi, bukan menjatuhkannya seperti masa kuliah dahulu.

Ada orang yang sifatnya meledak-ledak melihat perubahan persis seperti pemikiran masyarakat proletar. Salahkan pemerintah, salahkan orangtua, dan salahkan semuanya. Padahal perubahan ini baik untuk menyusun perusahaan di Indonesia yang sudah dipersiapkan oleh DPR dalam 100 tahun Indonesia merdeka pada 2024.

Dalam Al-Quran surah Al-Baqaroh ayat 216 menjelaskan  boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu; boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Kalau begitu perubahan aturan menjadi sebab anak muda muda sukses menjadi CEO dan sebagian lagi tetap berambisi jadi pekerja.

Tidak Boleh Menghakimi Diri Sendiri

Ilustrasi hakim yang menghakimi diri sendiri. Sumber foto freepik
Ilustrasi hakim yang menghakimi diri sendiri. Sumber foto freepik

Kita tidak akan pernah berhenti menjadi bawahan namun kita tidak boleh menghakimi selama di bawah. Bahkan presiden Indonesia sangat takut ada pendapat buruk mengenai kinerja dari seluruh rakyatnya. Karena rakyat adalah atasan tertinggi presiden. Itu sebabnya pemimpin itu mau langgeng harus melayani.

Anak muda harus memiliki pelayanan sebagai inti dari karakter kepemimpinan. Kesempatan anak muda lebih muda melayani dibandingkan orangtua karena kerendahan hati lebih dalam. 

Dalam proses memimpin kita harus sering melayani Presiden melayani kebutuhan rakyatnya sedangakan perusahaan melayani kebutuhan pelanggan.

Artinya secara substansial diri kita harus melayani terutama pemimpin akan selalu berada pada tempat teratas, dalam setiap organisasi dalam pelayanan.   "The top leader" atau "the top executive leader" ini mengandung  implikasi tanggung jawab pelayanan. Pemimpin melayani banyak orang tapi pemimpin adalah atasan dalam sebuah orkestra pelayan sosial berskala besar (PSBB).

Kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan Pelayanan sosial berskala besar (PSBB) Indonesia sejak 2020. Kualitas Pelayanan dalam Islam dan Kepercayaan terhadap efektivitas dan efisiensi pelayanan. Pelayanan terintegrasi dan modern dengan  pengabsahan  dan  keabsahan  status  dan perannya  sebagai  menerapkannya dengan hikmat (wisdom).

Referensi : 1 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun