Mohon tunggu...
Abdurrofi Abdullah Azzam
Abdurrofi Abdullah Azzam Mohon Tunggu... Ilmuwan - Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, dan Berbudaya Asia Afrika
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia menjadi negara adidaya di dunia. Email Admin : axelmanajemen@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Erupsi Semeru Terjadi Lagi, Harga BBM Harus Naik Lagi Dinilai Sudah Tepat

7 Desember 2022   12:33 Diperbarui: 7 Desember 2022   12:37 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Semeru. (Setkab Indonesia Maju) 

Masyarakat Indonesia menilai penerapan pajak karbon dinilai tepat sebagai perjuangan Indonesia melawan emisi karbon yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup.

Pajak karbon menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan adalah pajak yang dikenakan atas emisi karbon yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup.

Beberapa negara sudah mengimplementasikanpajak karbon dengan perhitungan yang berbeda-beda. Setidaknya lebih dari 27 negara di seluruh dunia mampu menurunkan emisi sekaligus penambahan pemasukan negara dari penerimaan pajak.

Sumber: tax foundation
Sumber: tax foundation

Pemerintah masih melihat kerusakan alam mungkin sekarang saat yang tepat untuk menerapkan pajak karbon apalagi erupsi gunung semeru dapat menyebabkan terjadi pemanasan global yaitu suhu permukaan tanah, suhu udara, dan kelembapan relatif.

Cara menjaga alam ini sangat mudah sekali yaitu mulai dengan menjaga lingkungan di sekitar yaitu menerap pajak karbon akan menyebabkan kenaikan harga baik di sisi hulu maupun di hilir bagi pemasar yang menghasilkan karbon di Indonesia.

Masyarakat tidak  panik, sehingga dalam upaya menyikapi beragam pemasar yang menghasilkan karbon dapat berjalan sebagaimana mestinya  terutama  mengurangi dampak negatif dari pajak karbon.

Untuk mengurangi dampak negatif dari pajak karbon bagi masyarakat menengah ke bawah tersebut (bagian 40% Rumah Tangga), pemerintah menyiapkan bantalan berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Subsidi Upah (BSU), dan dukungan Pemda melalui 2% DTU.

Keberadaan fasilitas transportasi publik memadai untuk menekan ketergantungan penggunaan kendaraan pribadi akan menghemat konsumsi BBM akan dinikmati langsung oleh masyarakat Indonesia.

Kenaikan BBM tersebut menimbulkan banyak respons dari positif masyarakat. Kebijakan yang berlaku tersebut dianggap menguntungkan masyarakat untuk beralih menggunakan energi ramah lingkungan.

Artinya, kenaikan BBM dengan menerapkan pajak karbon mengurangi pemanasan global, mengendalikan perubahan iklim, meningkatkan pendapatan pajak pemerintah dan meningkatkan efisiensi energi ramah lingkungan bagi konsumen dan bisnis.

Pemerintah sedang memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait keputusan menaikkan harga BBM dan kenapa BBM harus menggunakan pajak karbon di Indonesia.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun