Mohon tunggu...
Abdurrofi Abdullah Azzam
Abdurrofi Abdullah Azzam Mohon Tunggu... Ilmuwan - Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, dan Berbudaya Asia Afrika
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia menjadi negara adidaya di dunia. Email Admin : axelmanajemen@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Pentingnya Kaderisasi Konglomerat Baru untuk Indonesia Maju

15 November 2022   08:03 Diperbarui: 15 November 2022   08:20 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orangtua tidak ingin anaknya menjadi konglomerat tapi mereka ingin anaknya menjadi buruh pabrik atau ASN tapi mereka masing-masing guna memperoleh manfaat dan maslahat yang sifatnya pribadi untuk kepentingan keluarga. 

Tetapi kaderisasi konglomerat hendaknya digunakan sebesar-sebesarnya untuk kemaslahatan umat dan bangsa sehingga orangtua harus open mind kepada gagasan setiap anak membawa rezeki dengan konglomerasi nasional.

Dalam bidang entreprener, Abdurrofi Abdullah menilai kaderisasi konglomerat berperan penting dalam menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan proaktif mengedepankan musyawarah dan dialog untuk membangun kolaborasi.

Konglomerat Indonesia akan bangsa yang besar, majemuk,  perbedaan hulu dan hilir dalam mengelola Sumber Daya Alam (SDA)  adalah sumber kekuatan kita. Oleh karena itu, anak muda diharapkan senantiasa proaktif dalam kaderisasi konglomerat.

Anak muda yang akan didorong untuk menjadi konglomerat juga secara pasti  menjaga harmoni hubungan antara pengusaha dan penguasa yang bersifat simbiotik dalam suatu sistem, ada keterkaitan antara proses kerja yang satu dengan yang lain.

Pemerintah Indonesia harus melakukan kaderisasi sehingga mereka dapat membentuk konglomerasi dengan perkiraan dalam jumlah ketersediaan pemimpin yang diperlukan dimasa depan secara berkesinambungan.

Pada era kepemimpinan Jokowi, kehadiran perusahaan tidak terlalu diperhitungkan dalam melahirkan pengusaha-pengusaha nasional dapat dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab sebagai bentuk ibadah dan pengabdian kepada agama, bangsa, dan negara.

Dengan  adanya  kaderisasi,  diharapkan   organisasi  akan  bertahan  dalam  waktu  cukup  lama,  tidak  bersifat  ad-hoc  dalam mengemban visi dan melaksanakan misinya melahirkan jutaan konglomerat untuk menguasai pasar Asia, Afrika, Amerika dan Eropa.

Ide gila ini memang mengubah mindset pembaca bahwa Presiden Jokowi memang optimis mewakili perubahan fokus dari sebuah institusi yang memenuhi kewajiban kepada komunitas nasional atau lokal dan kepada masyarakat umum.

Untuk fungsi sebagai perusahaan yang memiliki kewirausahaan dan bisnis tujuan yang dibingkai dalam beragam pasar dalam ekonomi global penekanan dari ranah 'publik' ke kepentingan 'negara' sebagai ideologi pasar menjadi etos akademi.

Intervensi produktif negara menimbulkan optimisme dan dukungan langsung dengan citra positif berdasarkan postnasionalisme yang merespon globalisasi dan kecenderungan untuk terlalu optimis tentang berapa banyak anak muda yang ingin datang ke tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun