Kewaspadaan terhadap emisi karbon saat ini banyak dimanfaatkan secara maksimal oleh Pertamina untuk menarik peredaran bahan bakar minyak (BBM) beroktan rendah ikut menyumbang pelepasan gas karbon (CO2).
Dukung masyarakat Indonesia kembali dengan menanam pemahaman keberlanjutan melalui desakan penghapusan mulai  dari premium, pertalite, dan pertamax sebagai BBM beroktan rendah. Adapun BBM beroktan tinggi bermerek 'Pertamax Turbo' membuat pembakaran menjadi lebih sempurna dan tidak meninggalkan residu.
Selain merek Pertamina, merek asing seperti Shell, Vivo, dan British Petroleum harus menghapus BBM beroktan rendah sehingga BBM beroktan tinggi lebih menguasai pasar yang waspada emisi karbon.
Alhamdulillah desakan masyarakat Indonesia ini diterima Ketua Komisi VII Sugeng Suparwoto mengatakan BBM beroktan rendah perlu ditarik dari peredaran pasar dan menerapkan pasar baru dengan BBM beroktan tinggi kepada Pertamina, Shell, Vivo, dan British Petroleum.
Untuk BBM beroktan rendah perlu ditarik dari peredaran pasar yang selaras dengan dekarbonisasi di Indonesia, Nicke Widyawati selaku Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) harus  fokus untuk pengembangan BBM beroktan tinggi  yang lebih luas dan agresif.Â
Dekabonisasi adalah proses menghilangkan atau mengurangi keluaran emisi karbon dioksida (CO2) dari transportasi terutama BBM beroktan rendah harus diambil langkah lebih luas dan agresif oleh Pertamina.
Untuk menyukseskan peredaran pasar pada BBM beroktan tinggi, harus dilakukan reduksi karbon dan penciptaan nilai tambah melalui ekonomi hijau sirkular melalui narasi waspada emisi karbon.Â
Masyarakat Indonesia mendorong negara yang tergabung dalam kelompok G20 ini melakukan transisi energi lebih cepat dan terukur dengan menghapus peredaran BBM beroktan rendah. Bahkan keberhasilan target ini sangat mengharukan bagi masyarakat.
Peredaran BBM beroktan rendah meski kelihatan sepele, namun membawa dampak besar terhadap percepatan cuaca ekstrem, bencana alam, perubahan produksi rantai makanan, penyebaran penyakit, rusaknya ekosistem, Â berkurangnya air bersih, es di kutub Mencair, hingga sebagian wilayah Indonesia tenggelam pada 2050.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H