Petani swadaya tidak memiliki kemampuan keuangan akan investasi bioavtur sehingga investasi domestik akan lemah terhadap daya tawar terhadap aktor lain di pasar yang memiliki akses ke keuangan formal lembaga.
Petani sawit minim pendidikan rentan dimanipulasi affiliator sawit, dan memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk membuka lahan baru daripada menanam kembali karena biayanya lebih rendah.
Kita harus mengundang pemerintah pusat terutama tim dari KH Maruf Amin untuk meningkatkan literasi investasi syariah yang seluas-luasnya dalam rangka membuka kesempatan uang halal bekerja untuk kesejahteraan petani.Â
Cepat atau lambat petani sawit akan semakin akrab terhadap investasi resmi, legal, dan syariah (biasanya tidak bertentangan dengan keyakinan Islam) untuk mengelola kebutuhan bahan bakar pesawat.Â
Dengan cara inilah uang bekerja untuk membuka lapangan pekerjaan akan terbuka sebesar-besarnya untuk memenuhi kebutuhan bioavtur bagi masa depan dunia dari Indonesia.Â
Oleh sebab itu, saya mengutip teori Harrod-Domar bahwa untuk menumbuhkan suatu perekonomian dibutuhkan pembentukan modal sebagai tambahan stok modal untuk mengelola minyak goreng sebagai ketahanan pangan dan energi.
Artinya banyak modal dari mayoritas ummat Islam dari Indonesia dan Timur Tengah sehingga masuk akal pesan Presiden Jokowi yang menghambat investasi, semuanya harus dipangkas, baik perizinan yang lambat, berbelit-belit, apalagi ada punglinya.
Selain pungli harus hilang, investasi sawit bukan hanya petani sawit beragama Islam tapi universal bagi Warga Negara Indonesia sebagai "engine of growth" berbasis peningkatan ekspor bioavtur dan investasi bio avtur.
Pada satu sisi, investasi bioavtur berpengaruh terhadap perkembangan produksi nasional Indonesia karena tersedianya stok modal yang menjadi faktor penting kelangsungan dunia usaha penerbangan internasional dari Asia Tenggara hingga Timur Tengah.