Karena banyak negara di dunia menentangnya dan menyebutnya sebagai aneksasi atau pencaplokan wilayah oleh Indonesia seperti negara agresor seperti Rusia atas krimea, Israel atas tepi barat, dan China atas Laut China Selatan.
Seperti kita ketahui Tepi Barat yang diklaim Palestina oleh Israel, dan Israel ingin mencaplok permukiman-permukiman di kawasan pendudukan Tepi Barat namun media USA diam dan Ibu Kota Israel benar-benar disahkan di Jarussalem oleh USA.
Langkah Pemerintah USA yang merestui aneksasi (ambil paksa) Israel atas sebagian besar Tepi Barat, Palestina dinilai berbahaya dan mengancam perdamaian dunia.
Dengan mengeklaim bahwa tanah-tanah tersebut milik mereka oleh Israel, Rusia juga melakukan klaim atas krimea dan China atas Laut China Selatan (LCS), dan Indonesia juga harus memahami aneksasi hal yang lumrah dilakukan negara besar.
Kita menilai langkah USA dan Rusia ini sudah diprediksi sejak Donald Trump memindahkan kedutaannya ke Yerussalem, yang makin menambah ketegangan di Palestina di tengah pandemi Covid-19 sedangkan Indonesia sejak pemindahan Ibu Kota Negaranya.
Indonesia bisa menggunakan teknik komunikasi internasional dengan Whataboutisme  selalu menanggapi balik "Bagaimana dengan... (What about...)" sambil membeberkan sebuah peristiwa di negara-negara Barat, negara China, dan Negara Rusia.
Teknik ini mulai digunakan kembali ketika aneksasi Krimea dan intervensi militer di Ukraina tahun 2014, aneksasi tepi barat dan intervensi militer di Palestina tahun 2020, dan aneksasi tepi barat dan intervensi militer di Laut China selatan 2020.
Permulaan aneksasi yang dibutuhkan dalam penerapan suatu ideologi politik adalah dukungan massa yang sebesar-besarnya dan mengabaikan segi kualitas pengikut berpihak kepada Indonesia sesuai dengan karakteristik propaganda yang hanya memerlukan segi kuantitas.
Sementara itu, Infiltrasi ideologi Pancasila ke Timor Leste, seluruh pulau Kalimantan (sebagian Malaysia dan seluruh Brunei Darussalam), dan pulau Papua (termasuk Papua Nugini) Â sebagai propaganda sosiologis lebih bersifat tidak tampak dan bersifat jangka panjang.Â
Indonesia tidak harus menggunakan cara URA dan USA yang bersifat politis tapi sosilogis mengirimkan kabar gembira ideologi Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 (PBNU) diinfus dengan cara hidup (misalnya cara hidup masyarakat), ideologis, yang secara bertahap menerobos institusi ekonomi, sosial, dan politik.Â
Propaganda agitasi berusaha agar masyarakat memberikan pengorbanan yang substansial demi tercapainya tujuan yang bersifat segera untuk bersatu dengan Indonesia tanpa aneksasi dan pendekatan militer seperti invasi di Papua Nugini, pulau Kalimantan (sebagian Malaysia dan seluruh Brunei Darussalam) dan Timur Leste.