Khalid Basalamah berpendapat bahwa Islam melarang permainan wayang dianggap haram dan sebaiknya dimusnahkan saja sedangkan Wali Songo mengembangkan kebudayaan Jawa dalam proses wayang kulit sebagai media dakwah.
Kesenian tradisional yang paling digemari oleh masyarakat pedesaan membuat mereka menyukai Wali Songo sedangkan pelarangan wayang menyebabkan Khalid Basalamah menjadi sosok yang tidak disukai karena pendapatnya bertentangan dengan Wali Songo.
Untuk merealisasi tujuan dakwah Islam lewat jalur memusuhi wayang tersebut lebih mudah dibenci oleh masyarakat Indonesia terutama, karena kehadiran wayang mampu membangun fantasi dalam berkisah untuk menyelipkan nilai Islam hingga pesan sosial.
Khalid Basalamah berhasil melakukan benturan antara Islam dan Wayang sudah diprediksi sejumlah kalangan sedangkan Wali Songo berhasil melakukan kolaborasi antara Islam dan Wayang.
Setelah wayang musnah akan segera diisi dengan benturan peradaban Islam dengan Wayang menjadi momentum untuk meningkatkan tensi Indonesia agar perang antara pengikut Khalid Basalamah dengan Pecinta Wayang melalui baliho "Wayang Kulit Bukan Budaya dan Ajaran Ummat Islam".
Khalid Basalamah ingin mendominasi peradaban anti-wayang sangat perlu untuk memulai sikap baru menjadi gerakan merusak bidang keamanan dan ketertiban masyarakat dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan nyata dari pengikutnya.
Hubungan yang tak seimbang antara kubu orang Islam dari pengikut pendapat Khalid Basalamah, Â tersebut justru melemahkan dan memusnahkan kepercayaan akan perlunya komunikasi dan dialog mengenai polarisasi pro-wayang dan anti-wayang.
Dialog tidak lain adalah usaha untuk menghalangi tindakan dengan alasan apa pun untuk melecehkan Wayang dalam hubungan yang berdasar pada pembenaran untuk membunuh kebudayaan Indonesia yang berpotensi diklaim Malaysia.
Karena kerap budaya Indonesia diklaim berasal dari Malaysia seperti batik, reog, dan tari-tarian. Namun, Khalid Basalamah melarang wayang sehingga asumsi bahwa Khalid Basalamah lebih baik jadi warga negara Malaysia agar bisa melarang klaim wayang Indonesia karena fatwa haram wayang dibuatnya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis memberikan nasehat  agar tidak sembarangan menyalah-nyalahkan orang lain, harus bisa membedakan antara esensi agama yang statis dengan syiar agama yang dinamis.
Khalid Basalamah bukan anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak bisa memberikan fatwa haram. Â Meskipun Fatwa MUI tidak punya legalitas untuk memaksa harus ditaati oleh seluruh umat Islam, terutama Khalid Basalamah mengenai dakwah dengan wayang.
Saya berpihak kepada Wali Songo, Majelis Ulama Indonesia, dan kebudayaan wayang untuk dakwah daripada memperalat Islam untuk memusnahkan wayang padahal orang Indonesia masuk Islam karena dakwah melalui wayang.
Jika Islam dakwah di Jerman atau negara Uni Eropa dakwah melalui fisika, kimia, astronomi dan ilmu eksakta sebagai instrumen dakwah kepada masyarakat agnostik mencintai ilmu pengetahuan dan kebebasan berpikir.
Dengan demikian melarang kebebasan berpikir  melalui fisika, kimia, astronomi dan ilmu eksakta membuktikan kita gagal untuk dakwah kepada masyarakat agnostik mencintai ilmu pengetahuan dan kebebasan berpikir agar mengenal Tuhan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI