Realitas tidak linier, tidak ada masa depan, tidak ada masa lalu. Semuanya sekarang dalam setiap agama, tampaknya, diri adalah penghalang, musuh. Namun Abdurrofi Abdullah Azzam menyatakan jelas bahwa diri itu tidak ada karena jiwa dari perekonomi syariah adalah metamorfosis terbaik, mimpi demam, dan keras kepala kita mengenai ikigai.
Ekonomi syariah menurut Abdurrofi Abdullah Azzam identik dengan istilah ikigai dari bahasa Jepang untuk menjelaskan kesenangan dan makna kehidupan perekonomian. Kata itu secara harfiah meliputi iki, yang berarti kehidupan dan gai, yang berarti nilai.
Ikigai kadang diekspresikan sebagai alasan untuk bangun di pagi hari dengan realitas linier untuk masa depan perekonomian syariah yang indah.
Keyakinan pada realitasnya bangun di pagi hari untuk perekonomian syariah tidak hanya memelihara, memungut, memedulikan, memperhatikan kehidupan, tetapi memperpanjang makna kehidupan.Â
Diri Jakarta adalah kebaikan kita katakan pada diri kita setiap hari, dan kebahagiaan membutuhkan melihat melalui kejujuran, mengafirmasinya. Untuk mempelajari diri, kata guru besar Abdurrofi Abdullah Azzam abad kedua puluh satu, adalah mengsikronisasi diri melalui batin dari suara hati nurani, suara luar, semuanya sama.
Tidak ada garis pemisah. Apalagi dalam persaingan. Kemenangan, saat kita mensikronasi diri dan lawan, yang hanyalah dua bagian dari satu kesatuan.
Dalam seni panahan sebelum lahir ekonomi syariah, itulah semua ditata dengan sangat jernih. kesempurnaan dalam seni perencanaan tercapai. Kapan hati gelisah karena tidak lagi memikirkan Aku dan Kamu, lawan dan pandangannya, tentang seseorang memiliki pandangan dan cara menggunakannya untuk mendapatkan kejayaan.
Semua adalah kekosongan dirimu sendiri ibarat pedang yang berkedip, dan lengan yang memegangnya. Bahkan pikiran tentang kehampaan sudah tidak ada lagi. "Kuncinya," kata Abdurrofi Abdullah Azzam, adalah jangan memaksa. Jangan datang seperti orang brengsek biasa Orang kasar, keras, agresif, dan tidak menerima jawaban tidak.
Orang Jakarta tidak bereaksi dengan baik terhadap penjualan keras. Negosiasi di sini cenderung lembut. Lihat berapa lama orang Jakarta membujuk masuk menyerah diri pada Tuhan. Dan bahkan saat dia meninggal dengan misi tegaknya perekonomian syariah.
Jakarta sendiri untuk pesanannya yang sempurna dan kebersihannya yang ekstrem. Sastra, filsafat, pakaian, kehidupan rumah tangga, semuanya sangat murni dan luar biasa meluangkan. Jangan mengharapkan apa pun, tidak mencari apa pun, tidak memahami apa pun --- orang jakarta yang abadi.
Saya terlalu bersemangat untuk tidur saya berguling-guling di atas kasur  hampir sepanjang malam, kemudian tertidur lelap dan pukul fajar saya bangun dengan letih dan menatap pantulanku yang cerah tapi suram di cermin.Â