Indonesia adalah rumah paling indah sehingga sejauh apapun aku terbang pada ke negeri China. Aku akan pulang, padamulah Indonesia karena hatiku tidak pernah benar-benar pergi.
Pembelajaran Imlek dari Dinasti Chou
Pembelajaran imlek dari Dinasti Chou, mereka sering merayakan sebuah upacara imlek dilakukan berlebihan mulai dari berbagi angpao secara melimpah, pesta pora dan menghabiskan uang dan corak budaya tidak bersahaja karena mandat langit
Para bangsawan dan jenderal berhasil untuk memamerkan kekayaan dari sang kaisar kemudian mereka berbagi angpao dalam semalam untuk rakyatnya namun kekuasaan raja yang nyata karena kekuasaan sebenarnya ada di tangan bangsawan dan jenderal.
Mereka sanggup menjamin kekuasaan raja secara lebih efektif seolah-olah raja tidak feodalistis tapi raja terlihat adil dan bijaksana dalam ritual imlek.
Salah satu ciri khas dalam setiap akhir perayaan Imlek, rakyat berdarah-darah karena bangsawan dan jenderal melakukan kekerasan untuk memungut upeti yang tinggi melebihi angpau yang raja berikan karena mereka tidak ingin rugi untuk kemudian mereka lakukan secara berulang dibagikan kembali pada ritual imlek.
Mereka berbagi kembali dengan penuh kecurangan karena uang mereka korupsi sehingga uang banyak dinikmati oleh para bangsawan dan jenderla selama masa berdarah-darah. Dinasti Chou menunjukkan pemberian untuk mencapai kehormatan ke rakyat sebagai representatif langit namun kaki tangannya tidak memberi sesuai kerelaan.
Fenomena ritual imlek Dinasti zhou terjadi pada politik dinasti di Indonesia sehingga mereka tidak memiliki hati yang tulus di Provinsi Banten. Relevansinya terjadi setiap 5 tahun sekali rakyat Banten menerima politik uang dari calon pejabat dengan nominal sedikit sekitar 3,5 U$D atau sekitar 50.ooo rupiah sampai 7 U$D atau sekitar 100.ooo rupiah kemudian hidup mereka menderita.
Jangan berharap angpao dari kekuasaan tidak ikhlas.
Politik uang dinasti chou dan budaya Indonesia dalam politik dinasti Ratu Atut tidak boleh diterapkan oleh kita. Jika Kita ingin berbagi jangan harap meminta kembali dengan memeras rakyat, Â mengarahkan rakyat melakukan kerja kemudian dipajaki dan hasil uang pajak justru dikorupsi. Ini menjadikan hasil pembangunan nihil dan tidak bermutu.