Mohon tunggu...
Abdurrazzaq Zanky
Abdurrazzaq Zanky Mohon Tunggu... Petani - petani.

Senang membaca segala jenis buku, nulis diary, mengamati lingkungan alam dan sosial, menertawakan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengapakah

29 Januari 2025   00:38 Diperbarui: 29 Januari 2025   00:38 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mengapakah

mengapakah puisi

bisa lebih tajam dari belati

dikupasnya topeng-topeng yang kau susupi

jubah-jubah kegelapan tempat kau sembunyi

hingga kau dapati dirimu sendiri meringkuk sepi

di tengah ingar-bingar metropolitan pada suatu dinihari

mengapakah intuisi

mampu mendengar suara nurani

dietanjanginya segala lapis dusta

dihalaunya rupa-rupa inkarnasi duka

ke tepi-tepi jauh cakrawala

hingga cahaya kesadaran itu

tembus langsung ke lubuk jiwa

mengapakah rindu

bisa lebih purba dari waktu

hingga tak pernah bisa dimengerti

mengapa laut begitu dendam

mengapa badai tak pernah bisa redam

sampai kau dengar abad saling bersahutan

membacakan talkin dan doa-doa penghabisan

sampai sedih alam ini sempurna kau tanggungkan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun