cemburu aku pada serbuk sari
yang berkhidmat membuahi rahim alam
hingga buah-buah kehidupan ranum menggiurkan
cemburu aku pada angin
yang dengan santun dan penuh kesadaran
menggoyangkan dan menggugurkan daun-daun
pemulangan penuh kemesraan
cemburu aku terhadap kicau burung-burung di dahan
kemurnian lagu menetesi cermin kebeningan
aku cemburu pada ibu yang mengisak malam-malam
cengkarama akrab tenang keabadian
aku cemburu pada pengemis tua penyusur jalanan
ketelitian cinta penuh kesyukuran
aku cemburu pada gunung-gunung, langit
laut, matahari si pengeras hati jantan
pada keluguan, pada tiap wangi
yang menguar dari kebersahajaan alam
aku cemburu, sungguh cemburu Tuhan!
perahu alit fanaku terguncang
karam menyelam dasar lautan, dewa ruci pencarian
kutunggangi gelombang, kususupi angin
yang berziarah ke pulau-pulau terlarang
menyadap bisik kesejatian
kutenggak berkendi arak tajalli
yang berpusar merasuki garis lintang, mata badai
rangkaian rasi bintang yang tak berkesudahan,
aku cemburu
sungguh cemburu
pada wajah polos yang menatap kehidupan
dengan semarak pagi keremajaan
ingin aku bermetamorfosa
menjadi kepompong wahyu, oase padang pasir, kehijauan hutan
jadi teduh kearifan rembulan
jadi suara binatang yang menggemakan adzan
jadi akar-akar yang menerobos kedalaman
jadi lebah yang menyarikan kesehatan
menjadi zat hakikat cinta yang mengada di sembarang jelmaan
betapa cemburu aku
pada nurani alam yang bergayut mesra
pada sembarang tajalli Tuhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H