sehingga ia sanggup memuai menjadi apa saja yang sekira
diperlukan oleh pohon bunga. Kasih itu telah menjelma
kasih semesta. Cinta kasih yang mungkin juga kita serap
tiap hari, tapi kita alpa menjejak asal sumbernya. Entah
kenapa, saya merasa bahwa sajak ini adalah merupakan simbol
dari kasih Tuhan yang bisu dan sempurna. Kasih yang setiap
detik tumbuh dan memuai, menjelma ragam inkarnasi dasar
yang menopang dan mengayomi eksistensi semesta di mana
kita, manusia, adalah sebagai pohon berbunga. Obyek yang
paling banyak menyerap keluhuran cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H