Mohon tunggu...
Abdurrazzaq Zanky
Abdurrazzaq Zanky Mohon Tunggu... petani.

Pikiran-pikiran radikal hanya mungkin dihasilkan oleh sunyi. Itulah kenapa pecinta literasi cenderung suka menyendiri.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Seperti Menjemur Gandum Di Atas Tali

16 November 2024   18:03 Diperbarui: 16 November 2024   18:38 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pxhere.com/id/photo/630749

Seperti Menjemur Gandum Di Atas Tali

Niat dan motivasi adalah hal paling menentukan dalam suatu tindakan atau kebiasaan.       

Namun keduanya jauh tersembunyi dalam lubuk hati. Dalam ceruk benak yang hanya bisa

dijangkau oleh si pemilik hati.

Dalam keseharian, sering kita membuat peraturan dan kesepakan yang kemudian kita langgar

sendiri di tengah jalan. Kita yang paling banyak memberi masukan, kita pula yang paling      

getol melakukan pelanggaran. Kita yang paling suka membuat janji, kita pula yang paling   

doyan mengingkari. Dan alangkah banyak alasan yang bisa dikemukakan. Baik yang realistis

ataupun yang fantastis. Dari yang masuk akal sampai yang asal tangkal.

Dalam agama Islam niat adalah basis fondasi penilaian Tuhan terhadap segala aktivitas ibadah.

Kenapa? Karena niat sangat erat hubungannya dengan etika hati, akhlak ruhani, adab batin

seorang hamba terhadap Tuhannya. Yang ujungnya berakar pangkal pada iman. Keteguhan hati

dalam mencintai Tuhan.

Ya, ujung-ujungnya memang cinta. Hanya cinta. Karena hanya cinta yang mempunyai kesadaran

penuh terhadap segala keragaman eksistensi. Cinta yang mengerti sumber segala gejala alam ini.

Pakar cinta seperti Maulana Rumi bahkan pernah berkata:"Tidak ada Tuhan selain 'Isyq," cinta

yang menggebu-gebu. Karena di balik segala fenomena, Rumi melihat aliran rahmat cinta Tuhan.

Satu-satunya hasrat Tuhan terhadap ciptaan-Nya adalah menyalurkan rahmat cinta. Mungkin

inilah yang bisa menjelaskan seluruh hukum harmoni dan keselarasan alam.

Apakah kita menyadari 'kerendah-hatian' Tuhan ini? Tuhan yang Maha Tinggi telah turun

membagikan manifestasi rahasia cintanya ke obyek-obyek yang sering kita pandang sebelah

mata: rakyat jelata dan kaum dhuafa. Tuhan tidak pernah melakukan pencitraan, manipulasi

rezeki, kelimpahan rasa hormat, apalagi interest materi. Maka dalam berbagai situasi, dalam

kelapangan atau kesempitan, manusia akan selalu ingat dan kembali kepada-Nya. Karena

Tuhan telah memberikan teladan, bahwa cinta-Nya tidak pernah beranjak dari tempatnya

semula.

Maka kalau hari-hari ini kita merasa banyak kawan mulai meninggalkan, janganlah baper

dan jahat sangka. Sebab sejak semula kita juga tidak pernah setia, kecuali pada diri dan

kepentingan kita sendiri. Kebijakan dan tindak lanjut kebijakan kita selalu bersimpang jalan

dengan kepentingan rakyat jelata. Di balik segala janji manis, kita selalu mencadangkan

justifikasi, alibi, logika-logika semu, untuk menipu dan mengelabui mereka.

Seperti cerita Mullah Nasrudin yang enggan meminjamkan tali jemuran pada seorang

tetangga karena akan dipakai untuk menjemur gandum. Sang tetangga bertanya:

"Bagaimana bisa menjemur gandum di atas tali?"

"Bisa saja sobat, kalau sejak semula saya sudah berniat tidak akan meminjamkan tangga           

ini pada anda."

Di balik segala silang sengkarut pelanggaran hukum dan birokrasi, distorsi fungsi lembaga

kenegaraan yang tak berkesudahan, pertanyaan ini patut kita ajukan: mungkinkah, selama ini

niat dan motivasi kita yang sesungguhnya dalam pengelolaan negara adalah untuk bermain

serong? Seperti cerita sang mullah, kita selalu mengemukakan alasan di luar kelaziman nalar

untuk membenarkan kebijakan populis yang sering berbalik arah di tengah jalan, yang secara

tak sengaja membuka kedok keculasan hati kita yang sesungguhnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun