di cadas palung itu
pernah kuhela tali kasih
demi sebuah nama
demi mata airnya yang ricik
bila pagi-pagi kusapa,
matahari membakarnya berulang
hingga burung-burung pergi mencari gerimis lain
ke benua-benua asing
kini ribuan kafilah semut
telah tiba dengan beban gula rindu
yang bertahun tertabung
di ruas dan lodong-lodong bambu
melumuri seluruh jazirah
menyudahi kemarau hati yang kini membasah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!