Mohon tunggu...
Abdurrauf
Abdurrauf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa pendidikan bahasa arab UIN Malang yang memiliki ketertarikan terhadap sosial budaya, bahasa, sastra, dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengungkap Realitas Islamophobia di Prancis: Benarkah Tidak Ramah bagi Muslim?

10 Desember 2024   12:15 Diperbarui: 10 Desember 2024   16:06 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto di depan salah satu Masjid terbesar yang terdapat di Prancis/Dok Pribadi

Bagi seorang muslim ketika melancong ke negara yang mayoritas non-Islam pasti terbesit di benaknya terkait islamophobia, kesulitan mencari tempat ibadah, serta sikap warga yang tidak ramah dan sebagainya. 

Berkembangnya pemikiran ini merupakan dampak dari tersebarnya informasi-informasi yang tidak semestinya benar khususnya terkait islamophobia yang berkembang di negara-negara non-Islam. 

Prancis merupakan salah satu negara eropa dengan jumlah penduduk sebesar 68,4 juta jiwa dengan 63% diantaranya merupakan pemeluk agama katolik dan hanya 10% saja yang memeluk agama islam, sedangkan sisanya merupakan pemeluk agama kristen, yahudi dan kepercayaan atheisme. 

Hal ini menunjukkan bahwa prancis merupakan negara yang memiliki persebaran penduduk mayoritas non-Islam. Sempat santer terdengar berita-berita melalui internet, televisi, surat kabar, dan media-media lainnya terkait islamophobia yang berkembang di negara tersebut mulai dari diskriminasi hingga rasisme terhadap muslim.

Berkembangnya kabar seperti ini tentunya akan membuat takut calon pengunjung khususnya yang beragama islam untuk datang ke negara yang terkenal dengan icon menara eiffel nya tersebut. 

Lebih jauh lagi jika hal ini membuat calon-calon pelajar dari mancanegara merasa takut untuk belajar di sekolah-sekolah atau universitas-universitas yang berada di Prancis. Sungguh disayangkan bila hal ini terjadi, mengingat Prancis merupakan negara yang indah untuk dikunjungi dan juga merupakan episentrum pengetahuan yang menjadi salah satu pusat ilmu di eropa. 

Namun, apakah berita-berita yang tersebar itu benar adanya? Seberapa besar populasi muslim di sana ? apakah Prancis tidak ramah terhadap pengunjung? Apakah diskriminasi dan rasisme benar adanya di negara ini? 

Kesempatan emas bagi penulis yang diberikan rezeki untuk berkunjung ke Prancis, walapun hanya 10 hari dan dalam rangkaian kegiatan student exchange penulis bisa merasakan kultur dan kebiasaan warga setempat sehingga penulis mampu menarik kesimpulan terkait beberapa pertanyaan di atas berdasarkan pengalaman-pengalaman yang penulis dapatkan selama study di sana.

Populasi Muslim di Prancis

Foto di depan salah satu Masjid terbesar yang terdapat di Prancis/Dok Pribadi
Foto di depan salah satu Masjid terbesar yang terdapat di Prancis/Dok Pribadi

Muslim di Prancis merupakan jumlah muslim terbesar yang terdapat di Eropa, dikutip dari republika pada tahun 2003 10% dari keseluruhan jumlah penduduk merupakan pemeluk agama Islam. 

Hal ini merupakan fakta yang benar adanya, tatkala mengunjungi beberapa destinasi di Prancis, acap kali penulis menemui orang-orang Islam yang mayoritas merupakan Imigran dari negara-negara Afrika dan timur tengah seperti Maroko, Aljazair, Tunisia dan Saudi Arabia. 

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan terhadap beberapa muslim tersebut, didapati informasi bahwa populasi muslim di negara ini memang begitu besar bila dibandingkan dengan negara-negara eropa lainnya.

Secara historis mereka sudah menetap dari tahun 1900 tepatnya dari masa kakek/nenek dan ayah/ibu mereka yang pindah dari negara asal mereka ke Prancis untuk mencari penghidupan. Selain itu kesejahteraaan mereka di negara ini juga terjamin, khususnya kesejahteraan dalam menunaikan ibadah. 

Terbukti beberapa kali penulis menjumpai masjid yang digunakan muslim setempat untuk beribadah 5 waktu, bahkan mereka mempunyai halaqah-halaqah sendiri yang mengkaji dan menghafal Al-Qur’an. 

Di sebuah masjid dekat dengan tempat penulis menginap saja terdapat puluhan Hafiz (penghafal Alquran) dan mu’jiz (seseorang yang mampu mengijazahkan sanad Al-Qur’an). Hal ini menjadi bukti akan sejahteranya mereka di negara ini, sehingga mampu mencapai beberapa hal yang di negara mayoritas Islam saja belum tentu ada.

Halaqah Alquran di salah satu Masjid di Prancis/Dok Pribadi
Halaqah Alquran di salah satu Masjid di Prancis/Dok Pribadi

Apakah Prancis tidak ramah terhadap Pengunjung?                                      

 Sebenarmya dengan jumlah populasi sebesar 10% tidak sulit untuk menjumpai saudara sesama muslim di Prancis, khususnya di kota Paris. Setiap sudut tempat wisata bahkan jalanan kita bisa menjumpai mereka. 

Watak mereka sangatlah ramah, khususnya terhadap pengunjung yang sedang kesulitan, misalnya dalam mencari tempat makanan halal, ataupun tempat Ibadah. 

Hal itulah yang penulis rasakan selama di sana, tatkala dihadapi kesulitan-kesulitan selalu ada orang-orang baik yang membantu menolong, mereka tidak saja memberikan informasi bahkan mengantarkan sampai ke tujuan ketika kami menanyakan seuah alamat kepada mereka.

Namun, sikap ramah ini mayoritas penulis rasakan dari mereka yang merupakan Imigran dari negara lain, seperti pakistan, india, bangladesh, ataupun negara-negara afrika dan timur tengah. 

Sedangkan dari warga negara Prancis itu sendiri penulis belum menjumpai sikap ramah tamah mereka kepada pengunjung asing khususnya muslim. Namun, hal itu bukanlah alasan sehingga kita mengatakan negara ini tidak ramah dengan pengunjung, karena jika kita berkunjung ke negara ini orang-orang yang akan kita jumpai  merupakan mereka pendatang dari negara lain yang tentunya ramah terhadap pengunjung.

Apakah diskriminasi dan rasisme benar adanya di Prancis?

Selama 10 hari penulis tinggal di Prancis, sekalipun penulis tidak pernah menerima tindakan-tindakan diskriminasi ataupun rasisme dari orang-orang yang penulis temui di sana. 

Namun dari beberapa pengamatan terhadap muslim di sana, terdapat beberapa tempat yang mana kenikmatan menjalankan ibadah itu tidak bisa mereka jalankan secara terang-terangan seperti di negara-negara lainnya. 

Misalnya, di beberapa wilayah di kota Paris untuk melaksanakan ibadah jumat saja mereka harus menunaikannya di lorong-lorong apartemen, bisa dibayangkan betapa sempitnya tempat tersebut. 

Berdasarkan pengamatan penulis, hal itu merupakan tindakan pencegahan mereka bila tiba-tiba di pergoki bahkan dibubarkan oleh penduduk mayoritas apabila sholat jumatnya mereka laksanakan dalam keadaan terang-terangan. 

Namun, hal ini terjadi hanya pada beberapa wilayah saja, di wilayah-wilayah lainnya mereka dapat melaksanakan kenikmatan ibadah sebagaimana mestinya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis simpulkan dan kabarkan kepada seluruh pembaca sebagaincalon pengunjung atau pelajar eropa khususnya Prancis agar tidak takut lagi dengan informasi-informasi terkait Islamophobia yang datang silih berganti dari berbagai media. Karena sejatinya di sana kita akan menjumpai saudara kita sesama muslim yang bersikap ramah dan baik kepada pengunjung asing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun