Sedangkan dari warga negara Prancis itu sendiri penulis belum menjumpai sikap ramah tamah mereka kepada pengunjung asing khususnya muslim. Namun, hal itu bukanlah alasan sehingga kita mengatakan negara ini tidak ramah dengan pengunjung, karena jika kita berkunjung ke negara ini orang-orang yang akan kita jumpai  merupakan mereka pendatang dari negara lain yang tentunya ramah terhadap pengunjung.
Apakah diskriminasi dan rasisme benar adanya di Prancis?
Selama 10 hari penulis tinggal di Prancis, sekalipun penulis tidak pernah menerima tindakan-tindakan diskriminasi ataupun rasisme dari orang-orang yang penulis temui di sana.Â
Namun dari beberapa pengamatan terhadap muslim di sana, terdapat beberapa tempat yang mana kenikmatan menjalankan ibadah itu tidak bisa mereka jalankan secara terang-terangan seperti di negara-negara lainnya.Â
Misalnya, di beberapa wilayah di kota Paris untuk melaksanakan ibadah jumat saja mereka harus menunaikannya di lorong-lorong apartemen, bisa dibayangkan betapa sempitnya tempat tersebut.Â
Berdasarkan pengamatan penulis, hal itu merupakan tindakan pencegahan mereka bila tiba-tiba di pergoki bahkan dibubarkan oleh penduduk mayoritas apabila sholat jumatnya mereka laksanakan dalam keadaan terang-terangan.Â
Namun, hal ini terjadi hanya pada beberapa wilayah saja, di wilayah-wilayah lainnya mereka dapat melaksanakan kenikmatan ibadah sebagaimana mestinya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis simpulkan dan kabarkan kepada seluruh pembaca sebagaincalon pengunjung atau pelajar eropa khususnya Prancis agar tidak takut lagi dengan informasi-informasi terkait Islamophobia yang datang silih berganti dari berbagai media. Karena sejatinya di sana kita akan menjumpai saudara kita sesama muslim yang bersikap ramah dan baik kepada pengunjung asing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H