aroma kopi ini menyepuh wajahmu. menatap sepasang mata bukan aku. selalu ada segitiga yang sakral, menjangkau segala duka dan perjalanan tertatih-tatih.
aroma kopi ini menggodamu. memanggil-manggil jemarimu untuk mengangkat kejayaan masa lalu. memandang esok bisa lebih berwarna dan, hari ini? masih tetap sama.
aroma kopi ini menggelitik bulu-bulu hidungmu. kau tertawa dengan segala kesusahan yang bersemai di mana-mana. rasa suka menutup duka, duka menutup lara, suka mengalir tergenang air mata.
aroma kopi ini menjanjikan rasa. aroma adalah jubah atas pribadi yang tersembunyi. aroma menutupi rahasia-rahasia yang selalu ada, sekali pun kau sendiri tidak menemukannya.
aroma kopi ini berakhir satu seruput. kubilang berakhir tapi sebenarnya ia tetap ada dan menyatu dengan kesan-kesanmu. rasa kopi ini, biji kopi ini, proses penumbukan dan penyeduhan kopi ini.
dan rasanya,
kopi ini berhasil menemani resahmu. resah yang tidak lagi terlalu meresahkan. ada yang menemani. ada yang satu rasa entah di mana di luar sana.
aroma kopi ini membumbung ke awan, bertemu dengan resah-resah lain. menurunkan hujan. menurunkan haru dari yang kita sebuat tangis dini hari. yang kita sebut air mata dari telaga kelegaan. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H