Kita bagaikan langit dengan bumi
Kau memilih ramai sedang aku menikmati sunyi
Hidup tanpamu bagai nada tanpa bunyi
Mengejar cintamu bagai mencari jarum ditumpukan jerami
Seakan-akan dunia menamparku dengan nyata
Ketika logika berpikir fantasi tanpa adanya fakta
Hidup adalah pilihan antara bahagia dan derita
Namun, kenapa aku tidak bisa memilih untuk kau sebagai tempat bercerita?
Bagai rumah tanpa atap
Bagai piring kosong, tidak ada lauk yang ku santap
Hanya bayanganmu yang bisa ku dekap
Ketika hatiku dengan erat kamu sekap
Meratapi kesedihan ditemani dengan logika yang beradu
Hingga aku tau rasa pahitnya kopi dibanding madu
Tetapi hal ini mengajarkanku untuk selalu ikhlas
Hingga lupa untuk mengemis cinta dengan muka memelas
Meski memiliki jarak yang jauh
Tetapi dengan waktu aku selalu menunggu
Meski terkadang hati dihantui dengan ragu
Namun ingat, hanya padamu aku bersungguh-sungguh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H