Aditya Restu Aji
Aditya merupakan alumni dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) dengan Jurusan Hubungan Internasional (HI) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Ia sebagai perwakilan beragama Buddha membahas tentang keberagaman sudah tidak asing lagi ditelinganya. Bahkan, Eyang Kakungnya merupakan tokoh penting dalam kebangkitan agama Buddha di Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY) dan Ibu dari Aditya Restu beragama Islam. Jadi, tidak heran jika Aditya sudah tidak asing mendengar adanya keberagaman di Indonesia.
Menurut Buddha tentang keharmonisan, terdapat Pancasila Buddhis sebagai 5 aturan moral :
- Tidak boleh membunuh
- Tidak boleh mencuri
- Tidak boleh asusila
- Tidak boleh berdusta atau berkata kotor
- Tidak boleh minum yang memabukkan
Hal yang membangun kerukunan dalam Sutta :
Saling berbagi, hal ini mirip dengan infaq. Namun, berbagi tidak hanya dengan materi tetapi bisa dalam bentuk senyuman dan lain sebagainya.
Ucapan yang menyenangkan, hal ini bisa diterapkan seperti mengucapkan selamat idul fitri, kamis putih, dan lain sebagainya. Ucapakan selamat ini tentunya membuat senang umat beragama lainnya.
Tindakan yang bermanfaat atau sering kita kenal sebagai tolong-menolong.
Tidak diperkenankan diskriminasi, membeda-bedakan, dan kita harus bersifat adil. Hal ini dikarenakan dalam Sutta manusia itu semua sama, sehingga tidak boleh dibeda-beda baik dari status sosial maupun agama. Oleh sebab itu, kita harus bersifat adil kepada siapapun.
Aditya Restu Aji juga menyampaikan materi tentang karma, ia berpendapat bahwa "karma adalah perbuatan baik buruknya akan kembali pada kita". Hal ini sama seperti pepatah tabur tuai yang berbunyi "apa yang kamu tabur, itulah yang kamu tuai" pepatah ini memiliki arti tentang tanamlah kebaikan supaya kamu mendapat panen kebaikan. Oleh sebab itu, keharmonisan untuk melakukan karma baik untuk menciptakan kedamaian.
Pada akhir sesi kajian, Putri Novita memberikan closing statement kepada audiens yang hadir pada acara Kajian Lintas Iman.