Halo pasukan bermarga! Siapa yang tidak kenal dengan Bene Dion, seorang penulis naskah sekaligus aktor ini merilis film "Ngeri-Ngeri Sedap" yang bernuansa lokal atau kedaerahan. Tentunya, naskah ini sudah lama dibuat oleh Bene Dion, sekitar 8 tahun yang lalu saat ia memeranin peran sebagai The Bataks di film "Comic 8".
Saat itu The Bataks terdiri dari Boris Bokir, Lolox, Ghita Bhebhita, dan Bene Dion. Ketika istirahat para aktor, Bene dan The Bataks berdiskusi tentang keseruan The Bataks jika dibuat film. Tentunya, ini sangat menarik untuk ditonton. Hal ini membuat Bene semangat untuk membuat naskah film tersebut.
Setelah naskah tersebut selesai, Bene sempat ingin bekerja sama ke beberapa rumah produksi untuk memproduksi karyanya tersebut. Namun, banyak rumah produksi yang menolak atas dasar tema yang lokal, pemain yang tidak terkenal, dan ingin merubah naskah Bene agar lebih kekinian.
Bene tetap teguh dengan idealis dan prinsipnya, naskah ini tidak boleh diganggu gugat karena ada pesan penting yang ingin disampaikan oleh Bene Dion. Jika naskah tersebut diubah demi kekinian, maka esensi pesan dalam film ini akan berubah dan tidak sampai ke penonton.
Akhirnya, ada salah satu rumah produksi yang ingin memproduksi karya Bene Dion, yaitu IMAJINARI. IMAJINARI saat itu merupakan rumah produksi baru dan idealis serta memiliki ide-ide unik untuk merilis sebuah film. Produser dalam film ini adalah Ernest Prakasa dan Dipa Andika Nurprasetyo. Ernest Percaya kepada Bene, hal ini dikarenakan IMAJINARI menerapkan sistem jika cerita bagus dan kepenulisan bagus maka film tersebut akan menjadi bagus untuk dirilis.
Film "Ngeri-Ngeri Sedap" merupakan garapan film pertama yang diproduksi oleh rumah produksi IMAJINARI, film pertama yang diproduksi oleh Production House (PH) ini menuai pujian dan antusias yang banyak. Bagaimana tidak? Film "Ngeri-Ngeri Sedap" tembus sampai 2,8 juta penonton. Tentunya, ini awal yang baik untuk rumah produksi IMAJINARI.
Film ini dibintangi oleh Boris Bokir, Lolox, Gita Bhebhita dan Indra Jegel. Mengapa Indra Jegel masuk kedalam pemeran utama di film ini? Hal ini dikarenakan Bene ingin fokus menggarap film sebagai sutradara. Ditambah lagi, saat itu Indra Jegel sebagai pemenang juara 1 Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) Season 6. Nama Indra Jegel sedang naik-naiknya dan Jegel merupakan teman dekat dari Bene Dion. Sehingga, Bene mempercayai Jegel sebagai Sahat dalam film "Ngeri-Ngeri Sedap".
Boris Bokir, Lolox, Gita Bhebhita, dan Indra Jegel mengambil proyek ini karena naskah tersebut relate bagi mereka. Hal ini membuat mereka untuk mendukung dan ikut serta dalam penggarapan film "Ngeri-Ngeri Sedap".
Pada film "Comic 8" The Bataks mendapat peran bernuansa komikal, komikal merupakan karakter yang diperanin oleh aktor dengan nuansa humoris. Namun, Bene ingin membuktikan bahwa komika sebenarnya bisa berperan sebagai aktor serius. Ia ingin mewujudkan citra komika berubah menjadi seorang aktor bukan lagi dikenal sebagai peran komikal. Maka dari itu, film "Ngeri-Ngeri Sedap" bernuansa drama keluarga, dimana karakter dari pemeran utama sangat serius.
Film ini menceritakan tentang keluarga Batak, dimana anak-anaknya yang laki-laki pergi merantau untuk menempuh pendidikan dan kerja. Keluarga ini terdiri dari 4 anak, dimana Boris Bokir berperan sebagai Domu, Ghita Bhebhita berperan sebagai Sarma, Lolox berperan sebagai Gabe, dan Indra Jegel sebagai Sahat dalam film tersebut. Bene menjelaskan gimana rasanya menjadi anak laki-laki dikeluarga Batak, kebanyakan sebagai anak laki-laki di keluarga Batak banyak yang kurang dekat dengan Ayahnya.
Hal ini tuangkan Bene dalam film tersebut. 3 Anak laki-laki dari Pak Domu merantau ke berbagai kota, Domu merantau ke Bandung, Gabe Kerja di Jakarta sebagai komika, dan Sahat merantau ke Jogja untuk meneruskan kuliahnya. Sarma sebagai anak perempuan menemani orang tuanya, begitulah budaya dan adat Batak. Tentunya, mereka bertiga kini sedikit melanggar peraturan adat Batak pada biasanya.
Domu ingin melamar seorang wanita yang bersuku Sunda, hal ini tidak direstui oleh Pak Domu karena biasanya laki-laki Batak akan menikah dengan suku yang sama. Gabe, lulusan hukum, tetapi memiliki pekerjaan sebagai komedian di Jakarta, tentunya hal ini sangat asing bagi keluarga Batak.
Mengapa? Karena biasanya keluarga Batak, anaknya lulusan hukum akan menjadi pengacara, jaksa, dan profesi dibidang hukum. Sahat adalah anak terakhir, dimana biasanya jika anak terakhir sebaiknya tinggal bersama orang tua karena ia akan mendapat warisan lebih banyak dari kakak-kakaknya. Sarma sebagai anak perempuan harus meninggalkan pacarnya karena tidak ingin bapaknya marah, hal ini dikarenaka Sarma berpacaran dengan lelaki yang bersuku Jawa.
Tentunya, hal ini membuat Pak Domu rindu kepada anak-anaknya, tetapi Pak Domu gengsi dan pastinya anak laki-laki Pak Domu tidak ingin kembali ke rumah. Pak Domu dan Mak Domu membuat rencana untuk berpura-pura cerai agar anaknya kembali ke rumah. Tentu, hal ini membuat ketiga anak lelaki tersebut khawatir dan cemas, karena dalam agama Kristen tidak ada istilah cerai. Hal ini yang membuat mereka kembali ke rumah untuk menyatukan kembali orang tuanya.
Film ini sudah tayang tahun 2022 lalu dan mendapat peringkat ke-22 sebagai film terlaris sepanjang masa. Tenang, kamu masih bisa menonton film ini di Netflix. Film yang mendapat 2,8 juta penonton dengan nuansa lokal ini sangat rekomendasi untuk kamu. Kamu akan relate dengan pengalaman hidup yang ada di film ini, hal ini dikarenakan bahasa yang digunakan dalam film adalah bahasa Indonesia. Jadi kamu bakalan relate dan terharu setelah menonton film ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H