Alexander Yandy Laurens atau dikenal sebagai Yandy Laurens adalah seorang sutradara dan penulis skenario. Ia lahir pada tanggal 9 April 1988 di Makassar, Sulawesi Selatan. Yandy Laurens merupakan alumni Institut Kesenian Jakarta dengan jurusan Penyutradaraan di Fakultas Televisi dan Film. Ia juga mendapat penghargaan Piala Citra sebanyak 2 kali. Piala Citra pertamanya pada Festival Film Indonesia 2012 kategori Film Pendek Terbaik dan Festival Film Indonesia 2019 di kategori Penulis Skenario Adaptasi Terbaik untuk film Keluarga Cemara yang ditulis bersama Gina S. Noer.
Ternyata perjalanan seorang Yandy Laurens untuk menjadi sutradara tidaklah mudah. Hal ini berawal Yandy masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA), saat itu ia belum mengetahui bakatnya sebagai penulis skenario. Yandy adalah seseorang yang suka di dunia olahraga, olahraga yang ia sukai adalah bola basket. Ia merupakan pemain yang mahir dalam bermain basket, hal ini dibuktikan saat dia SMP kelas 12 sudah bisa bergelantungan di ring basket.
Hobinya ini dilanjutkan Yandy sampai SMA, ia memiliki cita-cita sebagai pemain basket. Namun, hal itu tidak disetujui abangnya, menurut abangnya menjadi seorang atlet basket tidak memiliki penghasilan yang menetap pada saat itu. Namun, Yandy sudah siap dengan risiko tersebut. Ia memiliki rencara menjadi atlet basket di usia muda sampai umur 30 tahun. Kemudian, melanjutkan kariernya sebagai pelatih basket dan mengakhiri kariernya di Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PERBASI).
Yandy sempat merasakan hampa dalam hidupnya, ia suka bermain basket, tetapi hatinya seperti merasakan ada suatu hal yang ingin dicapainya. Pada saat itu, Yandy belum mengetahui potensi apa yang ia miliki. Sehingga, Yandy melakukan puasa untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dilakukan Yandy sampai 2 bulan lamanya.Â
Meskipun, Yandy beragama non-muslim tetapi ia tetap melaksanakan hal tersebut dengan tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan. Sistem puasa yang diterapkan Yandy sama dengan puasa yang dilaksanakan umat islam karena tidak ada yang mengajari Yandy tentang berpuasa.
Yandy sempat berdiskusi dengan abangnya, hal ini dikarenakan abangnya merasa kasihan dengan Yandy karena berpuasa selama 2 bulan. Namun, Yandy tetap teguh pada pendiriannya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan untuk mengetahui potensi yang ada didalam dirinya.
Hingga suatu saat, Yandy menyadari bahwa dirinya memiliki potensi dalam dunia film terutama pada bidang penulis skenario dan sutradara. Hal ini dibuktikan pada saat ia kelas 12, temannya menyuruh Yandy untuk membuat skenario, hal ini disebabkan pada saat itu ada Ujian Bahasa Indonesia dan menampilkan sebuah drama dalam bentuk teater.
Tentu hal ini digarap oleh Yandy, tetapi pada masa latihan Yandy Laurens terkena penyakit campak dan mengharuskan ia untuk beristirahat. Tetapi, rasa tanggung jawab seorang Yandy Laurenslah membuat ia bergegas kembali ketempat latihan pada malam hari, pada saat itu hanya menggunakan jaket hitam dan sarung.
Hal ini dikarenakan Yandy ingin menampilkan drama tersebut dengan maksimal dan sesuai dengan pikirannya. Meskipun, tetap harus menyutradarai teater tersebut, Yandy tetap menjaga kesehat teman-temannya dengan menjaga jaraknya sejauh 10 Meter agar latihan berjalan dengan baik dan para aktor tidak tertular penyakit. Yandy berhasil menyelesaikan tugasnya sebagai sutradara dan mendapat uang sebanyak 300 ribu dari temen-temennya untuk ucapan terima kasih.