Mohon tunggu...
Abdurrahman Fauzan
Abdurrahman Fauzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta dari jurusan Manajemen Dakwah dan aktif sebagai wakil kepala bidang Pengembangan Sumber Daya Anggota (PSDA) di Koperasi Mahasiswa.)

Saya tipe orang yang suka berdiskusi dan berorganisasi, walaupun kadang turun sebagai eksekutor tapi saya lebih proper di konseptor, saya juga memiliki kebiasaan berenang ataupun membaca berita tentang politik dan keuangan digital.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nasihat untuk Direksi Sukses yang Mulai Lupa Diri

1 September 2024   16:27 Diperbarui: 1 September 2024   21:26 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pemuda dari keluarga petani miskin kini ia telah sukses besar diusia yang ke 40 tahun. kesuksesan itu ia raih tidak semata karena dirinya sendiri namun juga dorongan orang tua yang giat dan selalu ada untuknya. jika dulu ia hanya petani yang tidak pernah kemana-mana kini ia menjadi presenter top yang super sibuk dan  selalu berkeliling dunia untuk memberikan motivasi diberbagai benua.

Hingga suatu hari ketika presenter itu menyempatkan pulang kerumah, pada jamuan makan malam bersama keluarga kecilnya sang presenter ditanyai oleh anaknya:

"Ayah, apakah ayah ada  waktu sebentar? aku ingin membicarakan sesuatu dikamarku" ucap sang anak

"Kenapa tidak disini saja? bukankah sama saja" ujar sang bunda

"Tidak apa bunda, Ayah sudah jarang sekali ngobrol beerdua bersamanya" balas sang ayah 

"Aku hanya ingin berbicara bersama ayah, bunda" sahut anaknya

"Baiklah, ayoo"

Merekapun memasuki kamar, dipinggiran kasur sang anakpun mulai bertanya:

"Saat ini aku sedang bingung yah, entah harus bangga atau malah sedih yah?!!" tanya sang anak

"Kenapa begitu anakku? kamu mau beli apa? atau mau pergi kemana? akan ayah antar kemanapun kamu mau nak" balas sang ayah yang ikut bingung arah pembicaraan ini

"Bukan begitu yah, aku tau ayahku banyak uang dan bisa kemana saja, harusnya aku bangga akan hal itu karena semua keinginanku terpenuhi, tapi aku juga sedih yah, ayahku sudah tidak lagi ada menemani kami makan bersama, tidak lagi bermain bersama, tidak lagi tertawa bersama, aku sedihh pakk.."

Sang ayah hanya terdiam..

"Ayah terlalu sibuk memberikan motivasi ke orang lain diberbagai negara, tapi aku tidak mau ayah hanya seperti lilin, yang bisa menerangi sekitarnya namun dirinya sendiri hancur, yah.. aku butuh sosok kehadiran ayah disini, juga bunda walaupun semua kebutuhan terpenuhi tapi tanpa kehadiran sang ayah semuanya terasa kosong" tambah sang anak

sang ayah langsung memeluk anak semata wayangnya dengan erat, tapi tidak bisa berkata-kata dan dalam hati ia berjanji

'Ayah seperti apa aku ini?? mulai detik ini sejauh apapun aku pergi, akanku usahakan selalu pulang atau akanku ajak mereka semua ke negara yang aku kunjungi'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun