Mohon tunggu...
Abdurrahman Addakhil
Abdurrahman Addakhil Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Pelajar

How to express your idea by good writting

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, dari Kisah Nyata hingga Layar Lebar

15 Juni 2020   15:15 Diperbarui: 15 Juni 2020   15:17 2814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut Hasanuddin Umar, seorang alumni Pesantren Gontor, motivasi Buya HAMKA memberi judul ‘Tenggelamnya Kapal Van der Wijck’,  ketika adik Zainuddin Fananie, Imam Zarkasyi, pulang ke Jawa menaiki Kapal Van der Wijck, pada waktu beberapa pekan kemudian tersiar kabar dengan headline Koran ‘Tenggelamnja Kapal Van der Wijck’ membuat kakak Imam Zarkasy termenung dan hilang fokus ketika diajak bicara oleh Buya HAMKA. 

Setelah heran melihat kelakuan Zainuddin, HAMKA membaca berita tersebut dengan teliti, dan ternyata yang tenggelam adalah kapal yang berlayar dari Tanjung Perak, Surabaya, menuju Teluk Bayur, sedangkan adiknya perjalanan menuju  Tanjung Perak. Hal ini membuat Zainuddin sedikit tenang dan segera mencari kabar tentang adiknya. 

Diabadikan Dalam Film Layar Kaca 

Karya yang begitu fenomenal tersebut membuat kagum para pembaca, dan sempat menjadi bacaan wajib pelajar. Pada akhirnya, novel ini dihidupkan dalam sebuah film dan dirilis pada 19 Desember 2013 yang disutradarai oleh Sunil Soraya dengan judul yang sama, dan menurut penjelasannya melalui wawancara Entertainment News, proses pembuatan film selama 5-6 tahun.

Film yang menceritakan isi novel Buya HAMKA, menjadi sorotan publik, bahkan tidak hanya kalangan pemuda yang menunggu kehadiran film tersebut, golongan orang tua pun ikut andil menyambut film yang mengajarkan nilai kesadaran akan menepis rasisme dan pemaksaan kehendak.

Seolah menghidupkan lagi karya yang sudah berumur setengah abad lebih. Film ini mencapai  jumlah penonton yang fantastis pada 2013, yakni 1.724.110. Dan sambutan masyarakat yang positif juga membuat perpanjangan masa tayang film ini pada tahun 2014.

Pelajaran Berharga Dari Kisah Kapal Van der Wijck

Dalam setiap kejadian, tentu memiliki hikmah yang dapat dipetik. Tragedi tenggelamnya Kapal Van der Wijck, baik secara nyata atau kisah roman yang dibangun HAMKA, mengajarkan bahwa segala sesuatu yang berada di muka bumi tidak ada yang abadi, walaupun terlihat kokoh dan tegak, Karena semuanya akan mengalami masa hancurnya. 

Buya HAMKA memasukkan kritik berupa adat di Minang dahulu yang melestarikan kawin paksa, memandang semuanya sesuai garis keturunan dan kedudukan sosial.  

 Meskipun karya Buya HAMKA sempat dituding oleh Pramoedya Ananta Toer sebagai plagiat dari Sous les Tilleuls (1832) karya Jean-Baptiste Alphonse Karr , melalui terjemahan berbahasa Arab oleh Mustafa Lutfi al-Manfaluti, hal itu tidak menjadikan nilai yang dibawa oleh Buya HAMKA luntur dari refleksi keadaan sekitar. Justru karya Buya HAMKA menceritakan adat Minang yang tidak mungkin ditemukan dalam karya sastra luar, menurut ahli dokumentasi sastra, H.B Jassin.

‘Tenggelamnya Kapal Van der Wijck’ menjadi model Buya HAMKA berinisiasi mengkritik tradisi yang menjauhi nilai agama dan budi luhur. Kemunculannya menjadikan masyarakat paham untuk menjunjung adat yang adil dan bijak sesuai nilai luhur, walaupun dikemas dalam kisah roman, tapi sarat makna. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun