Mohon tunggu...
Abdurrahman
Abdurrahman Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti Madya di SegiPan (Serikat Garda Intelektual Pemuda Analisis Nasionalisme)

Tertarik dengan kajian kebijakan publik dan tata pemerintahan serta suka minum kopi sambil mengamati dengan mencoba membaca yang tidak terlihat dari kejadian-kejadian politik Indonesia. Sruput... Kopi ne...!?

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Menentukan Kemenangan Pemilu dengan Memahami Karakter Perilaku Pemilih

10 Oktober 2024   17:46 Diperbarui: 10 Oktober 2024   17:55 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilih di usia ini cenderung lebih teguh dalam keyakinan politik mereka. Mereka jarang berubah pikiran dan lebih berpegang pada nilai-nilai politik atau ideologi yang telah mereka yakini sejak lama.

Kampanye untuk pemilih dogmatis harus berfokus pada konsistensi ideologis. Mereka tidak akan terpengaruh oleh janji-janji baru atau perubahan mendadak dalam platform kampanye. Justru, mereka akan mendukung kandidat yang dapat menjaga konsistensi ideologi yang sejalan dengan keyakinan mereka. Untuk kelompok pemilih dogmatis, program-program kampanye yang menekankan stabilitas, tradisi, dan kesinambungan lebih efektif daripada janji perubahan yang revolusioner. Kandidat yang berusaha mendekati pemilih dogmatis harus fokus pada narasi yang mengedepankan penghormatan terhadap nilai-nilai yang sudah lama dianut.

Pemilih Usia 50-54 Tahun: Skeptis

Pemilih di rentang usia ini cenderung lebih skeptis terhadap janji-janji politik yang tidak realistis atau terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Mereka telah mengalami berbagai perubahan politik dalam hidup mereka, sehingga lebih berhati-hati dalam mempercayai janji-janji yang diberikan oleh para kandidat. Mereka lebih kritis dalam menilai kandidat dan membutuhkan bukti nyata atas janji-janji tersebut.

Untuk menarik perhatian kelompok pemilih skeptis, kandidat harus bersikap jujur, realistis, dan transparan. Janji-janji yang terlalu ambisius atau jauh dari kenyataan hanya akan membuat mereka semakin curiga. Kampanye yang efektif harus menonjolkan bukti-bukti keberhasilan kandidat di masa lalu, serta menyajikan program-program yang dapat dilihat dampaknya secara nyata dan jangka pendek.

Pemilih Usia 55-60+ Tahun: Apatis

Kelompok pemilih yang lebih tua ini cenderung lebih pasif dalam terlibat dalam proses politik. Banyak dari mereka yang merasa bahwa perubahan politik tidak lagi berdampak langsung pada kehidupan mereka, atau mereka mungkin sudah kehilangan minat dalam politik karena berbagai kekecewaan di masa lalu. Namun, bukan berarti kelompok ini tidak bisa digerakkan.

Untuk memenangkan dukungan dari pemilih yang apatis, kandidat harus fokus pada isu-isu yang relevan dengan kehidupan mereka, seperti jaminan sosial, pelayanan kesehatan, program pensiun, atau kesejahteraan lansia. Menunjukkan bahwa kandidat peduli dan memiliki program-program yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka di masa tua akan lebih efektif dibandingkan janji-janji politik yang umum dan tidak relevan.

Strategi Operasional Lapangan: Memanfaatkan Data dan Tim Relawan

Selain memahami psikologi pemilih, operasional lapangan merupakan kunci sukses kampanye. Sebuah tim kampanye harus memiliki struktur yang kuat, dengan peran yang jelas antara tim manajemen, tim lapangan, tim data, dan tim informasi. Mengintegrasikan berbagai elemen ini menjadi sebuah mekanisme kerja yang efisien akan memungkinkan tim kampanye memanfaatkan semua sumber daya dengan baik, memastikan setiap target pemilih bisa dijangkau dengan pendekatan yang sesuai.

Pemberdayaan Tim Relawan: Tulang Punggung Kampanye

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun