Dari semua itu targetnya tentu adalah bagaimana meraup suara mayoritas. Kuncinya adalah bagaimana semua tergerak dan bergerak memberikan dukungan suara. Dari sudut pandang psikologi politik pemilih adalah di emosi, daripada nilai, motivasi, dan persepsi yang membentuk perilaku pemilih dalam menentukan keputusan politiknya, tentunya itu satu kesatuan. Sebagaimana akseptabilitas sebagai pondasi maka pergerakan dan menggerakkan pemilih berdasarkan itu, terutama di variabel emosi.
Struktur emosi pemilih dalam pandangan politik yang paling berpengaruh terhadap suara yakni, 1. Kebanggaan, 2. Harapan, 3. Optimisme, 4. Keprihatinan, 5. Ketakutan, 6. Kemarahan, 7. Kekecewaan. Akan tetapi tetap perilaku pemilih berdasarkan psikologi politik pemilih mulai dari nilai, motivasi, emosi, dan persepsi adalah satu kesatuan. Akseptabilitas memang hanya awal sebelum dinyatakan sebagai kandidat yang lolos terdaftar di KPU, semacam penilaian pasif, akan tetapi variabel emosi pemilih ini dinamis hingga keputusan akhir.
Dalam dinamika dukungan dan keputusan pemilih yang berpengaruh merubah pilihan atau memantapkan suaranya pada siapa diberikan, yakni emosi pemilih menjadi dasar setiap aktivitas dan tindakan kandidat serta tim untuk mempengaruhi pemilih. Mulai dari menjaga stabilitas pemilih, memantapkan yang masih ragu, bahkan mempengaruhi segmentasi pemilih yang bukan basis. Dampaknya akan pada persepsi sebagai modal membangun komitmen memobilisasi pemilih, yakni elektabilitas.
Bahkan ini menjadi kunci mengambil suara mengambang atau 'swing voters' pemilih. Dimana swing voters' ini rata-rata sekitar 30% sampai dengan 40% dalam event Pemilu eksekutif. Dari variabel emosi inilah dikembangkan aktivitas atau tindakan kampanye menaikkan poin-poin popularitas dan elektabilitas lebih ditekankan dari pada variabel akseptabilitas lainnya. Disinilah faktor efek kejutan (blasting) dan daya gertak atau getaran (bluffing) dikembangkan oleh manajemen tim biasanya. Dari kandidat yang tidak dijagokan menjadi pemenang sebab mudah membangun persepsi untuk mencapai komitmen.
Dari sudut pandang inilah kenapa akseptabilitas tidak terlalu menjadi pembahasan ketika masuk masa kampanye, yang dibahas hanya soal popularitas dan elektabilitas. Sebab terkait dinamika dukungan pemilih bagaimana manajemen tim meyakinkan masyarakat atau mempengaruhi keputusan pilihannya. Pemahaman ini juga merubah pandangan tidak ada kandidat kuat secara akseptabilitas sedari awal, bergantung bagaimana mengatasi dinamika pemilih untuk keluar sebagai pemenang.
D. Pengembangan Skema Kampanye Pemenangan PilkadaÂ
Dari pemikiran dan pemahaman manajemen kampanye diatas untuk lebih realistis diterapkan atau dilakukan, perlu diterjemahkan pada skema pemenangan. Hal ini lebih fokus pada pengelolaan atau manajemen tindakan atau rangkaian aktivitas untuk mencapai tujuan itu dari pendekatan-pendekatan diatas. Skema disini lebih ditekankan pada struktur tim sebagai pengorganisir rangkaian aktivitas atau tindakan, biar lebih mudah menggambarkan pelaksanaan lapangan.Â
Tugas tim kampanye pemenangan prinsipnya hanya tiga, yakni menghubungkan (connecting), menginformasikan (informating), terakhir mengkomunikasikan (communicating), dari apa yang digali dari sumber-sumber kekuatan dan kebijakan kandidat (think tank). Maka pengorganisasian tim dikelompokkan menjadi 4 (empat) tugas, yakni 1. Pusat data dan analisa stratak (think tank), 2. Kerjasama relawan pemilih (connecting), 3. Juru bicara kampanye (informating), 4. Acara dan logistik (communicating).
Struktur tim dapat dikembangkan dari itu, misal mulai dewan pembina, dewan penasehat/pengarah, dewan pakar atau konsultan, yang biasanya bersifat akomodatif dari tokoh-tokoh yang berdampak pada basis pemilih dan sumber pendanaan kampanye, serta profesionalisme keahlian kampanye pemenangan pemilu. Untuk hal taktis lapangan bisa ditunjuk ketua tim, sekretaris, bendahara, dan bidang-bidang.Â
Bidang-bidang yang dikembangkan dari empat kelompok tugas diatas, tidak perlu gemuk dan banyak. Prinsipnya yakni efektif dan efisien serta yang ditugaskan di bidang tersebut mampu mengerjakan atau melaksanakan hal-hal taktis, terutama hal dilapangan. Macam-macam bidang yang dibentuk prinsipnya bagaimana menaikkan akseptabilitas, popularitas, dan elektabilitas, baru kemudian bagaimana aktivitas tindakan tim mengerjakan mencapainya.
Skema pemenangan memang berbicara perencanaan, kerangka konseptual atau gambaran aktivitas tindakan mulai start kampanye hingga selesai penghitungan dan penetapan hasil pemilu, struktur tindakan, tahapan aktivitas, semacam susunan program kegiatan menurut rentang waktu yang sudah ditentukan untuk mencapai tujuan.Â