Mohon tunggu...
Abdurrahman Hilabi
Abdurrahman Hilabi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Muda

Mewarnai hari dengan kanvas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ke Mana Anak Kita Belajar

13 April 2022   15:17 Diperbarui: 13 April 2022   16:13 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ini sudah kesekian kalinya PJJ diberlakukan kembali setelah PTM dibuka, kesiapan orang tua dalam mendampingi anaknya belajar sepanjang hari menjadi beban tambahan disamping aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga atau karyawan. belum lagi lembaga pendidikan yang masih lamban dalam beradaptasi dengan keadaan covid yang masih menyerang.

sebenarnya perlu orang tua sadari juga bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua. sehingga tidak menggantungkan semuanya ke lembaga pendidikan atau sekolah. orang tua lah yang memikul tanggung jawab sejauh mana pengetahuan, keterampilan dan akhlak yang dimiliki oleh anak-anaknya. sedangkan sekolah hanya membantu memfasilitasi proses pendidikannya, maka motivasi belajar sudah semestinya dimunculkan oleh masing-masing wali murid agar kesiapan belajar anak semakin matang.

jika kesiapan pembelajaran sudah dimulai dari orangtua, maka PJJ atau PTM tidak lah menjadi masalah. Tapi yang perlu menjadi perhatian kita adalah bagaimana mengejar ketertinggalan pendidikan kita di Indonesia dengan kecepatan perkembangan teknologi, artificial intelligence, internet of things. Sehingga kita bisa membaca tantangan dalam konteks perkembangan zaman ini.

bagaimana orang tua dalam Islam itu, yang harus mendidik anak-anaknya dengan menggunakan teknologi sebagai instrumen pendidikan, bukan malah teknologi (kecerdasan buatan) yang tidak memerhatikan adab dan etika yang nantinya di masa depan menjadi guru bagi manusia. Bahkan tanpa kecerdasan buatan itu pun, memberi gadget ke anak kecil saja dan mereka bebas eksplorasi macam-macam sudah jadi bibit awal bagaimana teknologi menjadi guru manusia.

Jadi mungkin yg bisa dilakukan adalah mengembalikan marwah pendidikan itu lagi, bahwa pendidikan itu sebelum ilmu, ada adab, dan adab itu yang harus ditanamkan sebelum orang yang dididik menggunakan berbagai teknologi canggih untuk mencari ilmu. jadi menyusun skenario bagaimana caranya supaya pada akhirnya manusia belajar, prosesnya harus mulai dari adab, ethics, sehingga dia paham teknologi sebagai instrumen untuk kebaikan yang sesuai sunnatullah, bukan malah jadi hamba teknologi apalagi berusaha menjadikan teknologi sebagai pengganti manusia atau bahkan "pengganti Tuhan". 

Untuk itu dibutuhkan kepemimpinan untuk memahami dan mengarahkan permasalahan AI ini karena nantinya para pemimpinlah yang menyusun kebijakan pendidikan. Pemimpin Muslim yang baik adalah yang mampu memahami, mendayagunakan, bahkan membatasi ranah teknologi dengan memfilternya menggunakan ajaran Islam dan prinsip inti dari pendidikan di dalam Islam itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun